
Garut,Medialibas.com – Dunia sedang bergerak menuju krisis lingkungan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Di tengah ancaman perubahan iklim yang semakin nyata, tokoh masyarakat sekaligus pegiat lingkungan, Toni Wiramanggala, menyuarakan ajakan tegas:
“Cintai bumi dan sayangi lingkungan, atau kita akan kehilangan masa depan anak bangsa.” ucapnya. Sabtu,(09/08/2025).
Peringatan ini bukan isapan jempol. Data World Meteorological Organization (WMO) menunjukkan bahwa tujuh tahun terakhir adalah periode terpanas sepanjang sejarah pencatatan suhu bumi.
Di lain sisi, Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) bahkan memperkirakan, jika pemanasan global melampaui ambang batas 1,5°C, dunia akan menghadapi bencana alam yang lebih sering, lebih parah, dan lebih mematikan.
Indonesia sendiri merasakan dampaknya. Banjir bandang, kekeringan panjang, kebakaran hutan, tanah longsor, hingga hilangnya sumber air bersih telah menjadi berita rutin. Garut, tempat Toni lahir dan besar, juga tidak luput dari ancaman ini. Berkurangnya daerah resapan air, alih fungsi lahan secara masif, dan pencemaran sungai menjadi masalah nyata yang ia saksikan sendiri.
“Kalau kita merusak alam hari ini, sama saja kita menandatangani vonis penderitaan untuk anak cucu kita. Alam tidak bisa menunggu, dan generasi penerus tidak bisa hidup hanya dari janji,” tegas Toni, suaranya meninggi.
Langkah Nyata, Bukan Sekadar Wacana
Toni menolak pendekatan setengah hati dalam menyelamatkan lingkungan. Ia menekankan, perubahan harus dimulai dari kebiasaan kecil namun konsisten: mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah, menanam pohon, menjaga kebersihan sungai, dan menghemat energi.
Baginya, aksi lingkungan bukanlah pekerjaan musiman, melainkan gaya hidup yang harus melekat pada setiap orang. “Kita tidak butuh program besar yang hanya ramai di awal lalu menghilang. Yang kita butuhkan adalah komitmen yang terus berjalan,” ujarnya.
Ia mengapresiasi beberapa desa di Garut yang berhasil memulihkan mata air dan memperbaiki kualitas udara melalui program penghijauan. Di wilayah tersebut, penanaman pohon tidak hanya memperbaiki lingkungan, tapi juga memberi manfaat ekonomi lewat hasil hutan non-kayu dan produk daur ulang.
Peran Generasi Muda
Toni menilai, kunci keberlanjutan gerakan lingkungan terletak pada pendidikan generasi muda. Ia mendorong pemerintah memasukkan materi lingkungan secara lebih intensif dalam kurikulum sekolah, bukan sekadar sebagai pelengkap.
“Anak-anak harus tumbuh dengan kesadaran bahwa membuang sampah pada tempatnya, menghemat air, atau menanam pohon adalah bagian dari jati diri mereka. Kalau sejak kecil mereka terbiasa, saat dewasa mereka akan menjaganya tanpa diminta,” jelasnya.
Kolaborasi Tiga Kekuatan
Menurut Toni, tanggung jawab menjaga bumi tidak bisa dibebankan pada satu pihak saja. Ia menyerukan kolaborasi tiga kekuatan utama: masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta. Masyarakat diharapkan menjadi garda terdepan dengan mengubah pola hidup sehari-hari.
Pemerintah diminta memperkuat penegakan hukum terhadap pelaku perusakan lingkungan, memberikan insentif bagi program ramah lingkungan, dan memastikan kebijakan pembangunan tidak merusak ekosistem.
Sektor swasta didorong untuk menerapkan prinsip sustainable development, mengedepankan praktik produksi yang ramah lingkungan, dan mengalokasikan dana CSR untuk proyek pelestarian alam.
Toni juga mengingatkan bahwa degradasi lingkungan pada akhirnya akan berdampak langsung pada perekonomian. “Kalau hutan habis, sungai tercemar, dan udara kotor, jangan harap pariwisata bisa berkembang, pertanian produktif, atau kesehatan masyarakat terjaga,” jelasnya.
Pesan Penutup yang Menggugah
Di akhir pembicaraan, Toni mengajak semua pihak untuk melihat bumi bukan sebagai warisan dari nenek moyang, melainkan sebagai titipan dari anak cucu kita.
“Cintai bumi seperti mencintai rumah sendiri. Kalau rumah kita rusak, kita perbaiki. Kalau kotor, kita bersihkan. Jangan tunggu sampai rumah itu runtuh, karena tidak ada tempat lain untuk tinggal. Bumi adalah satu-satunya rumah kita,” pungkasnya.
Seruan Toni adalah panggilan untuk bertindak sekarang. Tidak ada lagi waktu untuk menunda. Setiap pohon yang kita tanam, setiap sungai yang kita jaga, dan setiap kebiasaan buruk yang kita hentikan hari ini, adalah investasi terbaik bagi masa depan anak bangsa. (Dens)