
Oplus_131072
Garut,Medialibas.com – Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80 pada tahun ini tidak hanya menjadi ajang perayaan semata, tetapi juga momen untuk merenungkan kembali hakikat kemerdekaan yang diwariskan para pendiri bangsa.
Dalam suasana penuh semangat kebangsaan, muncul suara yang mengingatkan pentingnya kesadaran ekologis dari seorang perempuan asal Garut Selatan, Hayati, yang menegaskan bahwa menjaga dan melestarikan lingkungan merupakan bagian dari wujud syukur atas kemerdekaan.
Hayati, yang dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan di daerah selatan Garut, menyampaikan beberapa pandangannya bahwa makna kemerdekaan tidak boleh terjebak pada seremoni tahunan belaka. Lebih jauh, kemerdekaan harus dimaknai sebagai ruang untuk bertanggung jawab terhadap bumi, alam, dan lingkungan yang menjadi sumber kehidupan rakyat.
“Kemerdekaan bukan hanya simbol. Saat kita memperingati HUT RI ke-80, sudah sepatutnya kita sadar akan alam. Menjaga lingkungan bukan pilihan, melainkan kewajiban kita bersama demi generasi mendatang,” ujar Hayati dengan tegas, Minggu (18/08/2025).
Alam sebagai Warisan Kemerdekaan
Menurut Hayati, bangsa Indonesia berutang besar kepada alam. Gunung, hutan, laut, dan sungai adalah sumber kehidupan yang selama puluhan tahun menopang masyarakat. Namun, di balik kekayaan itu, kerusakan lingkungan semakin mengkhawatirkan.
Deforestasi, pencemaran sungai, longsor di daerah pegunungan, hingga rusaknya ekosistem pesisir akibat sampah plastik menjadi bukti bahwa manusia sering lalai menjaga amanah alam.
“Jika alam terus dieksploitasi tanpa kesadaran, apa yang akan diwariskan kepada anak cucu kita? Kemerdekaan yang kita banggakan bisa hancur oleh bencana ekologis. Maka mari kita bangun kesadaran ekologis mulai dari rumah, desa, hingga kabupaten,” tambahnya.
Garut Selatan dan Tantangan Ekologi
Garut Selatan sendiri merupakan wilayah yang kaya dengan potensi alam.
Pantai-pantai membentang, hutan lebat yang menjadi paru-paru, dan lahan pertanian yang luas adalah aset luar biasa. Namun, potensi itu tidak luput dari ancaman kerusakan. Laju penebangan hutan, abrasi pantai, serta menumpuknya sampah di aliran sungai menjadi masalah yang nyata.
Hayati menekankan bahwa momentum HUT RI ke-80 harus dijadikan titik balik untuk membangun kesadaran kolektif di masyarakat Garut Selatan. “Mari kita mulai dengan hal-hal sederhana, seperti tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan ikut serta dalam program penghijauan,” ujarnya.
Patriotisme Ekologis
Lebih lanjut, Hayati memperkenalkan istilah patriotisme ekologis, yakni bentuk kecintaan pada tanah air yang diwujudkan dengan menjaga alam. Menurutnya, mengibarkan bendera merah putih setiap 17 Agustus memang penting, tetapi menjaga sungai agar tetap bersih, menanam pohon di lahan kritis, serta melestarikan laut dari sampah adalah bentuk cinta tanah air yang lebih nyata dan berkelanjutan.
“Patriot sejati bukan hanya mereka yang berjuang di medan perang dulu, tetapi juga mereka yang hari ini berjuang melawan kerusakan lingkungan. Itu adalah perjuangan kemerdekaan yang relevan dengan zaman sekarang,” tegasnya.
Harapan untuk Pemerintah dan Masyarakat
Dalam kesempatan itu, Hayati juga mengajak pemerintah daerah untuk lebih serius menjalankan program pelestarian lingkungan. Ia menilai kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan kelompok pemuda sangat penting untuk mengubah pola pikir serta perilaku agar lebih bijak dalam mengelola alam.
“Indonesia merdeka seharusnya memberikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Tapi kesejahteraan itu mustahil tercapai tanpa lingkungan yang sehat. Pemerintah perlu menggandeng komunitas lokal agar gerakan cinta lingkungan menjadi gerakan bersama, bukan hanya slogan,” tandasnya.
Refleksi Kemerdekaan ke Depan
Menutup pesannya, Hayati menegaskan bahwa kemerdekaan adalah tanggung jawab lintas generasi. Ia berharap HUT RI ke-80 ini tidak hanya diperingati dengan upacara dan lomba, tetapi juga menjadi momentum refleksi untuk melahirkan aksi nyata dalam menjaga bumi pertiwi.
“Alam adalah bagian dari identitas bangsa. Jika kita lalai, maka kita akan kehilangan jati diri sebagai bangsa agraris dan maritim. Mari jadikan HUT RI ke-80 sebagai titik balik untuk lebih mencintai tanah air melalui tindakan nyata menjaga lingkungan,” pungkasnya. (A1)