
Cimahi,Medialibas.com – Bertempat di Galeri Mozie, Jalan Kamarung, Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Aliansi Jurnalis Media Independen Indonesia (AJMII) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) yang sarat muatan strategis dan pemantapan visi kolektif menuju jurnalisme yang profesional, etis, dan berdampak.
Rapat ini tak sekadar formalitas organisasi, melainkan menjadi arena konsolidasi untuk menata ulang arah gerak organisasi, memperkuat koordinasi antaranggotanya, serta menyepakati komitmen kolektif dalam membangun budaya jurnalistik yang berintegritas tinggi. Rakor AJMII tersebut juga menjadi ruang reflektif untuk menakar ulang tantangan yang dihadapi para jurnalis independen di era digital yang serba cepat, penuh hoaks, dan tekanan multidimensi.
Pusat Pembahasan: Etika, Kualitas, dan Koordinasi
Dalam forum tersebut, para anggota AJMII membahas beragam isu fundamental, mulai dari penyusunan rencana pemberitaan yang berbasis fakta dan kebutuhan publik, pengawasan mutu konten jurnalistik, hingga evaluasi kerja sama lintas sektor. Poin utama yang menjadi benang merah dalam diskusi adalah pentingnya menjaga profesionalisme, memperkuat sinergi tim redaksi, serta memastikan bahwa setiap produk jurnalistik mencerminkan nilai objektivitas dan tanggung jawab sosial.
Achmad Syafei, Ketua Umum AJMII, tampil memimpin jalannya rakor dengan pemaparan lugas dan penuh semangat. Ia menekankan bahwa dalam dunia jurnalistik yang semakin kompleks, para wartawan dituntut tidak hanya cakap teknis, tetapi juga kuat secara moral dan hukum.
“Saya tegaskan, semua anggota AJMII harus menjadikan Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers sebagai pedoman tak tergantikan dalam menjalankan profesinya. Tanpa itu, kita akan mudah terjebak dalam konflik kepentingan, bahkan kriminalisasi,” ujarnya di hadapan para peserta rakor. Jum’at, (18/07/2025).
Achmad menambahkan, profesionalisme seorang wartawan bukan hanya dilihat dari seberapa cepat ia menulis berita, melainkan dari bagaimana ia menjaga integritas, menyeimbangkan informasi, memverifikasi data secara menyeluruh, dan menyampaikan informasi dengan bahasa yang santun serta tidak memihak.
Membangun Jurnalis yang Berdaya dan Beretika
Dalam paparannya, Achmad juga mengurai bahwa tugas wartawan bukan sekadar mencari sensasi atau mengejar klik. Lebih dari itu, wartawan adalah penjaga nalar publik. Karena itu, setiap produk berita harus mampu menghadirkan informasi yang akurat, mencerahkan, dan menjawab kebutuhan masyarakat.
“Menjadi wartawan adalah amanah. Kita membawa suara rakyat dan fakta ke ruang publik. Maka, sudah selayaknya kita memperlakukan profesi ini dengan kehormatan, bukan hanya demi citra pribadi atau media, tetapi demi martabat pers secara keseluruhan,” ucapnya tegas.
Ia menyoroti bahwa kualitas sebuah berita terletak pada kedalaman riset, akurasi data, dan sikap objektif jurnalisnya. Tidak kalah penting, ia juga mengajak seluruh anggota AJMII untuk terus mengembangkan kapasitas diri, baik melalui pelatihan, diskusi redaksi, maupun kolaborasi lintas media.
“Jangan pernah berhenti belajar. Dunia jurnalistik terus berubah. Tantangannya bertambah, teknologi bergerak cepat, maka kita juga harus siap menyesuaikan diri tanpa meninggalkan etika dasar,” tuturnya.
Sinergi dengan Pemerintah dan Lembaga Publik
Dalam forum itu, AJMII juga menegaskan niat membangun hubungan sinergis dengan Pemerintah Kota Cimahi serta berbagai lembaga publik lainnya. Hal ini dianggap penting guna menciptakan ekosistem komunikasi yang terbuka, sehat, dan produktif.
Achmad menegaskan bahwa kerja sama antara media dan pemerintah bukan berarti kehilangan independensi, tetapi justru menjadi wadah untuk saling mengingatkan dan menciptakan ruang dialog yang konstruktif.
“AJMII membuka diri untuk bermitra, sepanjang kemitraan itu tidak mencederai prinsip jurnalisme. Kita siap mengawal kebijakan publik, memberi ruang kritik yang membangun, dan membantu menyampaikan informasi program-program pemerintah kepada masyarakat luas dengan bahasa yang jujur dan mudah dipahami,” tandasnya.
Membangun Generasi Jurnalis Tangguh
Rakor ini juga memutuskan beberapa langkah ke depan, antara lain: penguatan pelatihan internal anggota, peningkatan literasi hukum dan jurnalistik, serta peluncuran program pendampingan untuk wartawan muda yang tergabung dalam AJMII.
Langkah ini diambil guna memastikan keberlanjutan kualitas jurnalis ke depan. Sebab, tanpa regenerasi dan pelatihan berkelanjutan, organisasi media bisa stagnan, bahkan tertinggal oleh dinamika zaman.
Achmad berharap AJMII tidak hanya menjadi wadah berhimpun, tetapi juga rumah belajar yang menghidupkan semangat kebersamaan, integritas, dan pengabdian terhadap kebenaran informasi.
Menjawab Tantangan, Menjaga Marwah
Rapat Koordinasi AJMII di Cimahi bukan sekadar agenda tahunan biasa. Ia adalah tonggak moral dan profesional yang menandai keseriusan jurnalis independen untuk terus hadir sebagai penjaga kebenaran dan pengawal demokrasi.
Dengan semangat kebersamaan, dedikasi, serta komitmen pada etika jurnalistik, AJMII optimistis mampu menjadi garda terdepan dalam menghasilkan karya jurnalistik yang berimbang, akurat, dan bertanggung jawab sekaligus menjadi bagian dari solusi di tengah kegaduhan informasi yang semakin liar.
“Jika jurnalisnya kuat, masyarakat akan tercerahkan. Dan bila masyarakat tercerahkan, maka demokrasi akan tumbuh sehat,” pungkas Achmad Syafei, menutup Rakor dengan semangat optimisme yang menyala. (A1)