Oplus_131072
![]()
Garut,Medialibas.com – Pernyataan Bupati Garut, Dr. Ir. H. Abdusy Syakur Amin, M.Eng., IPU mengenai keberadaan sekitar 6.000 janda di Kabupaten Garut Jawa Barat,ini memunculkan diskusi hangat terkait kondisi sosial masyarakat setempat.
Dengan data tersebut menggambarkan banyaknya perempuan yang menjalani kehidupan sebagai orang tua tunggal, dengan beban ekonomi dan sosial yang tidak ringan.
Informasi yang disampaikan dalam kegiatan resmi itu segera menarik perhatian publik. Aktivis sekaligus pemerhati kebijakan publik, Undang Herman, menjadi salah satu pihak yang memberikan respons tegas. Ia menyebut bahwa persoalan ribuan janda tidak hanya berkaitan dengan data kependudukan, tetapi merupakan cerminan dari kesenjangan ekonomi serta minimnya program pemberdayaan yang menyentuh kelompok rentan.
Menurut Undang Herman, janda bukan sekadar angka dalam laporan pemerintahan, melainkan individu yang harus menjalankan peran ganda sebagai pencari nafkah dan pengasuh keluarga. Tanpa dukungan yang memadai, mereka berada dalam kondisi rawan secara ekonomi maupun sosial.
“Fakta ini tidak bisa hanya disebutkan, tetapi harus ditindaklanjuti dengan strategi yang jelas. Solusinya bagaimana Pak Bupati?” ujarnya saat diwawancarai melalui WhatsApp, Minggu (09/11/2025).
Ia menilai pemerintah daerah perlu mempercepat langkah untuk menghadirkan program nyata, mulai dari penguatan ekonomi berbasis keluarga, peningkatan keterampilan, hingga perluasan akses perlindungan sosial. Menurutnya, isu ini tidak boleh menjadi wacana sesaat yang hanya muncul saat kunjungan kerja atau agenda formal.
Undang juga menekankan pentingnya pelibatan generasi muda dalam merumuskan solusi. Anak muda Garut dinilai memiliki gagasan segar, kreativitas tinggi, serta kemampuan memanfaatkan teknologi sebagai modal membangun program pemberdayaan jangka panjang.
Dirinya mengusulkan pembentukan ruang kolaborasi lintas sektor, melibatkan pemuda, akademisi, UMKM, komunitas perempuan, serta organisasi sosial lainnya. Melalui cara ini, berbagai gagasan baru dapat diolah menjadi aksi yang relevan dan berkelanjutan.
“Anak muda harus turun tangan. Ide-ide mereka bisa memberdayakan para janda, baik melalui pelatihan usaha, inovasi ekonomi digital, maupun kegiatan sosial lainnya,” kata Undang.
Dorongan tersebut juga sejalan dengan pandangan sejumlah pemerhati sosial di Garut. Mereka menilai angka 6.000 janda menandakan persoalan lebih luas, mulai dari ekonomi keluarga, akses kesehatan, pendidikan anak, hingga ketahanan rumah tangga. Dibutuhkan pendataan yang akurat serta kajian mendalam mengenai penyebab meningkatnya angka janda, termasuk faktor perceraian, kematian suami, dan migrasi pekerjaan.
Hingga berita ini diturunkan, pemerintah Kabupaten Garut belum memberikan penjelasan rinci mengenai langkah tindak lanjut setelah pernyataan Bupati Syakur menjadi sorotan publik. Masyarakat kini menunggu upaya nyata yang dapat mengatasi persoalan sosial tersebut secara terukur dan berkelanjutan.
Isu ini diperkirakan akan menjadi perhatian serius dalam waktu dekat, mengingat dampaknya yang luas terhadap kesejahteraan perempuan, pendidikan anak, serta stabilitas sosial dan ekonomi di Kabupaten Garut.
Di sisi lain, mas asyarakat berharap adanya strategi komprehensif dan keterlibatan aktif generasi muda dalam menghadapi tantangan yang dihadapi ribuan janda di daerah tersebut. (A1)
