![]()
Garut,Medialibas.com – Sabtu (15/11/2025) menjadi saksi bagaimana masyarakat Desa Cigaronghong, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut memilih bangkit dari keterpurukan. Setelah bertahun-tahun menunggu perbaikan jalan yang tak kunjung datang, warga akhirnya membangun akses utama mereka dengan dana swadaya.
Ironisnya, proyek yang seharusnya menjadi kewajiban pemerintah justru mendapat pengawalan ketat dari Babinsa Koramil 1119 Pameungpeuk, Serka Ridwan Krismawan, bersama masyarakat setempat. Situasi ini sekaligus menampakkan dua realitas: kuatnya kedekatan TNI dengan rakyat dan lemahnya kehadiran pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Babinsa Ambil Alih Peran Pemerintah, Dampingi Warga dari Awal Hingga Akhir
Dalam kondisi kekecewaan warga yang semakin menumpuk, kehadiran Serka Ridwan Krismawan menjadi penopang utama pembangunan. Ia tidak hanya mengawasi, tetapi ikut tenggelam dalam semangat gotong royong masyarakat Cigaronghong.
Sebagai bagian dari tugas Pembinaan Teritorial (Binter), Babinsa memang dituntut hadir di tengah rakyat. Namun di Cigaronghong, perannya melampaui batas rutinitas:
Langkah Konkret Babinsa di Lapangan:
Monitoring & Pengawasan Ketat:
Dirinya memastikan pengerjaan jalan berjalan sesuai rencana dan menjaga kualitas pembangunan, apalagi dana berasal murni dari kantong warga.
Terlibat Langsung Gotong Royong:
Mulai dari memanggul material, meratakan tanah hingga mengawasi teknis pengerjaan, Babinsa turut bekerja bahu-membahu bersama warga.
Edukasi Pembangunan Berkelanjutan:
Masyarakat diberi pemahaman pentingnya merawat fasilitas umum agar manfaatnya berlangsung panjang.
Menjaga Kondusivitas:
Babinsa meredam potensi gesekan di masyarakat, memediasi perbedaan pendapat agar pembangunan tetap berjalan damai.
Penghubung Aspirasi ke Pemerintah:
Dia berperan aktif menyampaikan keluhan warga ke pemerintah kecamatan dan kabupaten agar pembangunan lanjutan tidak lagi terabaikan.
Kehadiran TNI tampak nyata. Sementara itu, absennya pemerintah menjadi sorotan utama yang tidak bisa dihindari.
Suara Warga Menggema: “Pemerintah ke Mana Selama Ini?”
Di balik semangat swadaya, suara perih warga tak dapat disembunyikan. Jalan rusak bertahun-tahun telah menciptakan banyak kecelakaan, namun laporan demi laporan hanya berlalu tanpa tindakan.
Bos Iji, tokoh masyarakat sekaligus koordinator swadaya, menyampaikan unek-unek warga:
“Kami minta perhatian, tapi jalan tetap dibiarkan rusak bertahun-tahun.”
“Harus nunggu ada korban dulu baru bergerak?”
“Ini akses utama kami, tapi mungkin pemerintah tidak pernah melihat kami.”
“Akhirnya kami kerja sendiri, patungan sendiri. Pemerintah? Diam saja.”
“Setiap lewat jalan ini seperti diuji kesabaran. Parah.”
Keluhan ini menjadi kritik keras terhadap tata kelola pembangunan daerah, terutama mengenai pemerataan infrastruktur.
TNI Hadir Menguatkan, Rakyat Bergerak, Pemerintah Tak Tampak
Pembangunan jalan Cigaronghong adalah bukti nyata kekuatan gotong royong masyarakat. Namun kenyataan pahitnya: mereka bergerak bukan karena dorongan pemerintah, tetapi karena pemerintah tidak hadir.
Pertanyaan yang mengemuka di masyarakat pun semakin lantang:
“Jika rakyat yang bekerja dan TNI yang mengawal, lalu pemerintah selama ini mengerjakan apa?”
Padahal pembangunan jalan merupakan tanggung jawab dasar pemerintah daerah.
Ketika Janji Tak Lagi Dipercaya, Rakyat Memilih Bertindak
Pembangunan ini bukan sekadar menata jalan, tetapi juga merekatkan kembali harapan yang lama hilang. Rakyat telah menunjukkan bahwa mereka bisa bergerak sendiri, tetapi bukan berarti mereka ingin terus bergerak tanpa bantuan.
Sinergi yang terjalin antara Babinsa dan masyarakat layak diapresiasi. Namun apakah pemerintah akan terus diam?
Warga hanya meminta satu hal:
Jalan yang layak, aman, dan nyaman bukan janji yang tak pernah diwujudkan.
Kini pembangunan berjalan tanpa campur tangan pemerintah.
Namun pertanyaan besar warga masih menggantung:
“Jika hari ini kami bangun sendiri, apakah esok pemerintah tetap akan menutup mata?” (Wawan.S)
