Oplus_131072
![]()
Garut,Medialibas.com – Udara segar khas pegunungan Cisurupan menyambut pagi di Desa Situsari, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada. Jum’at, (08/08/2025). Mentari baru saja menampakkan sinarnya di balik bukit, sementara deru aktivitas warga sudah terdengar dari kejauhan. Suara sapu lidi bersentuhan dengan jalan berdebu, denting cangkul yang menghantam tanah, dan obrolan hangat di antara warga berpadu membentuk harmoni yang jarang ditemui di era serba sibuk ini.
Sejak pukul tujuh pagi, ratusan warga dari berbagai dusun di Desa Situsari berbondong-bondong menuju titik kumpul yang telah ditentukan. Dengan peralatan seadanya cangkul, sabit, sapu, hingga karung bekas mereka bersiap untuk agenda rutin bulanan: gotong royong membersihkan lingkungan.
Kegiatan ini tak sekadar membersihkan, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan memperkuat ikatan sosial yang sudah diwariskan sejak dulu.
Di beberapa sudut desa, bapak-bapak tampak serius memangkas rumput liar yang merambat di pinggir jalan, sementara ibu-ibu membersihkan saluran air dan mengumpulkan sampah. Anak-anak muda pun tak mau ketinggalan, mengangkut karung berisi dedaunan kering, tertawa di sela lelahnya.
Peluh mengalir di wajah mereka, tapi senyum tetap mengembang seakan lelah itu berubah menjadi rasa bangga karena bisa berkontribusi bagi desa tercinta.
Kepala Desa Situsari, Ridwan Fauzi, SH, yang turut terjun langsung bersama warganya, memuji antusiasme yang ditunjukkan. “Saya melihat sendiri bagaimana mereka datang dengan sukarela, tanpa harus diingatkan berkali-kali. Kesadaran seperti ini adalah modal penting untuk membangun desa yang sehat, bersih, dan nyaman,” ujarnya sambil sesekali menyapa warga yang lewat.
Ridwan menegaskan bahwa kegiatan gotong royong tidak hanya berdampak pada keindahan desa, tetapi juga pada kesehatan masyarakat. Lingkungan yang bersih, katanya, mampu meminimalisir risiko penyakit seperti demam berdarah, diare, dan infeksi kulit yang sering timbul akibat sampah dan genangan air.
“Kalau lingkungan kita terawat, anak-anak bisa bermain dengan aman, dan kita semua bisa beraktivitas tanpa khawatir,” tambahnya.
Bagi warga, kegiatan ini bukan sekadar perintah dari pemerintah desa. Dedi (42), seorang warga yang sejak muda rutin mengikuti gotong royong, mengaku merasa ringan saat pekerjaan dilakukan bersama.
“Kalau sendiri rasanya malas dan capek. Tapi kalau bareng-bareng, malah jadi semangat. Selain itu, kita jadi banyak ngobrol dan tambah akrab,” ucapnya sambil menepuk pundak tetangganya.
Menjelang siang, jalanan desa yang tadinya dipenuhi dedaunan kering dan rumput liar tampak bersih dan rapi. Sampah-sampah yang sebelumnya menumpuk kini sudah terkumpul di satu titik untuk diangkut petugas.
Sementara warga lalu berkumpul di balai desa, duduk melingkar menikmati hidangan sederhana nasi liwet, sambal, ikan asin, dan lalapan yang terasa nikmat karena dimakan bersama setelah bekerja keras.
Di sisi lain bagi Ridwan, pemandangan seperti ini adalah bukti bahwa semangat gotong royong masih hidup di tengah modernisasi. Ia berharap kebiasaan positif ini terus berlanjut tanpa harus menunggu jadwal resmi.
“Menjaga kebersihan bukan tugas pemerintah desa saja, tapi tanggung jawab kita semua. Desa ini rumah kita, dan rumah yang bersih akan membuat penghuninya betah,” pungkasnya.
Di Desa Situsari, dari cangkul yang terayun hingga senyum yang tersungging, semuanya bercerita tentang cinta warga pada tanah kelahiran mereka. Sebuah cinta yang diwujudkan lewat kerja bersama, peluh yang jatuh, dan komitmen untuk menjaga alam serta lingkungan demi generasi yang akan datang. (A1)
