
Cianjur,Medialibas.com – Harapan petani di wilayah selatan Cianjur untuk memiliki cadangan pangan yang kokoh kini terwujud. Sebuah lumbung pangan masyarakat resmi dibangun di Desa Sinarlaut, Kecamatan Agrabinta. Kehadiran lumbung ini diharapkan mampu menjadi penopang utama bagi petani dalam menghadapi musim paceklik serta menjaga stabilitas pangan di tingkat lokal.
Pembangunan lumbung pangan tersebut bersumber dari APBD II Kabupaten Cianjur Tahun Anggaran 2025. Program ini menjadi salah satu langkah strategis pemerintah daerah dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus melindungi petani dari ancaman krisis akibat perubahan musim maupun gejolak ekonomi.
Fungsi Lebih dari Sekadar Penyimpanan
Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Sindangbarang, Ayi Setiawan, menjelaskan bahwa fungsi lumbung pangan bukan hanya sebagai gudang penyimpanan hasil panen, melainkan juga pusat pengelolaan cadangan pangan masyarakat.
“Lumbung pangan bukan sekadar bangunan fisik untuk menyimpan beras. Ia adalah simbol kemandirian dan kesiapan masyarakat menghadapi situasi darurat. Dengan adanya lumbung, stok pangan tetap aman dan bisa dimanfaatkan saat terjadi kelangkaan,” kata Ayi, Rabu (27/08/2025).
Menurutnya, keberadaan lumbung pangan di tingkat kelompok tani memiliki manfaat berlapis. Selain menyediakan cadangan pangan, lumbung juga bisa mencegah petani jatuh ke dalam praktik ijon atau jeratan tengkulak, yang selama ini kerap menjadi masalah klasik di daerah.
“Dengan adanya cadangan sendiri, kelompok tani memiliki posisi tawar lebih tinggi. Mereka tidak terpaksa menjual hasil panen dengan harga murah kepada tengkulak. Solidaritas antaranggota pun semakin kuat karena mereka bisa mengelola cadangan pangan secara bersama-sama,” tegasnya.
Disambut Antusias Warga Desa
Di sisi lain, Kepala Desa Sinarlaut, Surahman, menyampaikan apresiasi sekaligus rasa syukur atas pembangunan lumbung pangan di wilayahnya. Ia menilai program ini memberikan jawaban atas keresahan warga yang sering kali dihantui harga beras mahal dan keterbatasan pasokan saat musim paceklik.
“Warga kami kini lebih tenang. Kalau harga pangan naik atau hasil panen gagal, lumbung pangan bisa menjadi penopang. Ini bukan hanya cadangan, tapi juga bentuk perlindungan nyata bagi masyarakat dari dampak bencana maupun guncangan ekonomi,” ujarnya.
Surahman juga menekankan bahwa lumbung pangan ini akan dikelola secara kolektif oleh kelompok tani dengan sistem gotong royong. Model pengelolaan berbasis komunitas ini diyakini akan memperkuat rasa kebersamaan sekaligus menjaga keberlanjutan program.
Membangun Ketahanan dari Desa
Pembangunan lumbung pangan di Desa Sinarlaut ini sejalan dengan upaya besar pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional dari tingkat desa. Di tengah tantangan perubahan iklim, fluktuasi harga, hingga potensi krisis pangan global, desa-desa di pelosok Cianjur dituntut lebih mandiri dalam mengamankan kebutuhan dasar warganya.
Melalui keberadaan lumbung pangan, petani tidak hanya punya cadangan saat musim paceklik, tetapi juga peluang meningkatkan nilai tambah hasil pertanian. Stok yang tersimpan bisa dikelola untuk kebutuhan lokal, dijual kembali saat harga tinggi, atau dimanfaatkan sebagai bantuan darurat ketika terjadi bencana alam.
Dengan begitu, lumbung pangan Desa Sinarlaut menjadi bukti nyata bahwa kekuatan pangan bisa dibangun dari akar rumput. Dari desa kecil di Agrabinta, semangat kemandirian dan ketangguhan pangan masyarakat kini semakin menguat, memberi harapan baru bagi ketahanan pangan Cianjur di masa depan. (Risna Nuraeni)