
Oplus_131072
Bandung Raya,Medialibas.com – Aktivitas Sesar Lembang yang kembali menunjukkan pergerakan dalam dua bulan terakhir memunculkan kekhawatiran akan potensi terjadinya gempa besar. Wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan Kota Cimahi yang berada di jalur patahan aktif itu kini menjadi sorotan, terutama karena lemahnya sistem mitigasi dan belum tersedianya Early Warning System (EWS) yang dapat memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
Rangkaian Guncangan Kecil, Tanda Bahaya Besar
Data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa sejak 29 Juni 2025, serangkaian gempa kecil mulai terasa di kawasan Cimahi dengan magnitudo 2,7. Aktivitas ini berlanjut dengan guncangan pada 24 Juli (M 1,8), 28 Juli (M 2,1), 14 Agustus (M 1,9 di Bandung), 15 Agustus (M 1,8), hingga terakhir 19 Agustus (M 2,3).
Meski magnitudo gempa relatif kecil, pola yang berulang menunjukkan bahwa Sesar Lembang tengah aktif bergerak. Para ahli kebencanaan menilai fenomena ini perlu diwaspadai, karena aktivitas kecil yang sering terjadi bisa menjadi pemicu gempa yang lebih besar di masa mendatang.
BPBD Bandung Barat: EWS Sudah Jadi Kebutuhan Mendesak
Kepala Pelaksana BPBD Bandung Barat, Meidi, menegaskan bahwa ketiadaan sistem peringatan dini merupakan kelemahan serius dalam mitigasi bencana.
“EWS itu penting, bukan hanya untuk gempa akibat Sesar Lembang, tapi juga bencana lain. Dengan adanya sistem ini, dampak bisa diminimalisir karena masyarakat mendapat waktu untuk menyelamatkan diri,” kata Meidi, Senin, (25/08/2025).
Menurutnya, idealnya seluruh 16 kecamatan di Bandung Barat dilengkapi dengan perangkat EWS. Namun, keterbatasan anggaran membuat hal ini belum terealisasi. Pihaknya menghitung kebutuhan pengadaan mencapai Rp4,5 hingga Rp5 miliar. “APBD tidak mencukupi, sehingga kami sudah mengajukan bantuan ke Pemprov Jabar. Saat ini masih dalam proses,” tambahnya.
Sementara,sambil menunggu realisasi, BPBD Bandung Barat memilih memperkuat edukasi dan sosialisasi kesiapsiagaan kepada masyarakat, termasuk simulasi penyelamatan mandiri ketika terjadi gempa.
Cimahi Fokus pada Banjir, Bukan Gempa
Situasi yang tak jauh berbeda juga dialami Kota Cimahi. Kepala BPBD Cimahi, Fithriandy Kurniawan, mengungkapkan bahwa pihaknya tidak memiliki EWS khusus gempa. Bahkan, rencana pengadaan tahun depan diprioritaskan untuk bencana banjir bandang.
“Gempa tidak bisa diprediksi. EWS yang akan kami miliki nanti memang untuk banjir bandang, bukan gempa. Untuk potensi gempa, kita lebih menyiagakan personel dan posko,” jelasnya.
Meski demikian, BPBD Cimahi tetap menyiapkan langkah alternatif berupa peningkatan status kesiapsiagaan, penguatan koordinasi lintas instansi, serta penyediaan posko darurat jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Pakar Geologi Ingatkan Potensi Gempa Besar
Sejumlah pakar kebencanaan mengingatkan bahwa Sesar Lembang berpotensi memicu gempa dengan magnitudo di atas 6. Bila hal ini terjadi, dampaknya akan sangat serius, mengingat jalur sesar melewati kawasan padat penduduk, pusat ekonomi, hingga instalasi vital di Bandung Raya.
Dr. Haryadi, ahli geologi dari ITB, dalam sebuah seminar kebencanaan pernah menyebutkan bahwa “Sesar Lembang sudah lama teridentifikasi sebagai salah satu patahan paling aktif di Jawa Barat. Jika terjadi gempa besar, risikonya bisa setara dengan gempa yang melanda Yogyakarta pada 2006 lalu.”
Warga Bandung Raya Gelisah
Minimnya langkah nyata dari pemerintah daerah membuat sebagian warga mulai merasa resah. Sejumlah komunitas masyarakat di KBB dan Cimahi bahkan mulai menginisiasi pelatihan mandiri terkait evakuasi gempa.
Rani (35), warga Padalarang, mengaku cemas setiap kali mendengar informasi gempa kecil.
“Rumah kami dekat jalur sesar. Kalau tidak ada alat peringatan dini, kami harus bergantung pada kabar dari media sosial. Itu sangat terlambat kalau gempa besar benar-benar terjadi,” keluhnya.
Dorongan untuk Percepatan Mitigasi
Dengan kondisi Sesar Lembang yang terus bergerak, para pemerhati lingkungan dan kebencanaan mendorong agar pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret. Bukan hanya soal penyediaan EWS, tetapi juga perencanaan tata ruang, standar bangunan tahan gempa, hingga jalur evakuasi yang jelas.
Mitigasi yang kuat diyakini dapat mengurangi dampak besar jika sewaktu-waktu gempa kuat mengguncang. Tanpa itu, masyarakat Bandung Raya seolah hidup dalam bayang-bayang bencana. (Achmad Syafei)