
Oplus_131072
Garut,Medialibas.com – Di tengah hiruk pikuk perkembangan zaman dan gaya hidup modern, masih ada sosok-sosok sederhana yang hidupnya jauh dari kemewahan, namun hatinya penuh dengan rasa syukur. Salah satunya adalah Utang (54), warga Kampung Rancamaya, Desa Sukabakti, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Sehari-harinya, Euntang bekerja sebagai kuli cangkul. Dengan peralatan seadanya, ia mencangkul sawah, meratakan tanah, hingga membersihkan kebun milik orang lain. Untuk setiap hari bekerja, upah yang ia terima hanya Rp60.000. Angka yang mungkin bagi sebagian orang sangat kecil, tetapi bagi Euntang, itulah rezeki halal yang membuat hidupnya terasa berkah.
“Alhamdulillah, meskipun kerja cuma jadi kuli tukang cangkul, saya merasa cukup. Rezeki memang tidak banyak, tapi bisa dipakai makan dan kebutuhan keluarga. Yang penting sehat, bisa kumpul sama keluarga, itu sudah kebahagiaan buat saya,” tutur Utang dengan senyum ikhlas.
Hidup Sederhana di Kampung
Rumah sederhana milik Utang berdiri di pinggir kampung. Bangunannya terbuat dari bata dan kayu, dengan lantai sebagian masih beralaskan semen kasar. Meski jauh dari kemewahan, suasana rumah itu selalu terasa hangat karena canda tawa keluarga kecilnya.
Istrinya, seorang ibu rumah tangga, selalu setia mendukung meski penghasilan sang suami terbatas. Sementara anak-anaknya masih duduk di bangku sekolah, menjadi motivasi utama bagi Euntang untuk terus bekerja keras.
“Yang bikin saya semangat kerja ya anak-anak. Walau hasilnya kecil, saya ingin mereka tetap sekolah biar nanti punya kehidupan lebih baik dari saya,” ujarnya lirih.
Dikenal Ramah dan Pantang Mengeluh
Bagi warga sekitar,Utang adalah sosok pekerja keras yang tidak pernah malu dengan pekerjaannya. Ia selalu siap dipanggil kapan saja jika ada warga yang membutuhkan tenaga untuk pekerjaan berat.
“Pak Euntang itu orangnya rajin, selalu ramah, dan tidak pernah mengeluh. Mau dibayar berapa pun, kalau ada kerjaan beliau kerjakan dengan sungguh-sungguh. Orang seperti beliau jarang sekarang,” kata Ujang (56), tetangga dekatnya.
Sementara itu, Asep (39) menambahkan, sikap sabar dan qona’ah Euntang membuat banyak warga kagum. “Beliau sering bilang, jangan lihat ke atas terus, tapi lihat juga ke bawah. Itulah kenapa beliau tetap tenang meski hidup pas-pasan,” ucapnya.
Qona’ah, Kunci Bahagia
Bagi Euntang, hidup tidak selalu tentang uang atau harta. Ia percaya bahwa kebahagiaan bisa diraih dengan mensyukuri apa yang dimiliki. Sikap qona’ah atau merasa cukup menjadi prinsip yang ia pegang teguh.
“Kalau saya bandingkan dengan orang yang lebih susah, saya masih lebih beruntung. Masih bisa makan, masih ada rumah meskipun sederhana. Itu semua sudah nikmat luar biasa,” ungkapnya.
Inspirasi Kehidupan
Kisah hidup Utang memberi pelajaran berharga tentang arti syukur dan kerja keras. Di saat banyak orang mengeluh karena kebutuhan hidup yang terus meningkat, Utang justru mengajarkan bahwa dengan hati yang lapang, hidup akan terasa lebih ringan.
“Rezeki itu Allah yang ngatur. Tugas saya hanya berusaha, bekerja keras, dan tidak menyerah. Alhamdulillah, selama ini keluarga saya masih bisa makan, anak-anak masih bisa sekolah. Itu sudah lebih dari cukup,” tutup Utang penuh keyakinan. (A1)