![]()

Garut, Medialinas. Com— Kabupaten Garut kembali diterjang bencana alam berupa longsor dan banjir di sejumlah wilayah akibat curah hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir. (4 Desember 2025) Kejadian ini menyebabkan akses jalan lumpuh, rumah warga terdampak, serta meningkatkan ancaman keselamatan bagi masyarakat.
Sejumlah titik longsor dilaporkan terjadi di ruas jalan provinsi, kabupaten hingga pedesaan, di antaranya:
- Simpang Tiga Cikangkung
- Bojongloa Talang
- Citengek
- Ruas Jalan Raya Garut–Tasikmalaya
- Wilayah Kecamatan Salawu
Material longsoran yang menutup badan jalan mengakibatkan kemacetan panjang serta menghambat mobilitas aktivitas warga dan distribusi logistik.
Petugas Dinas PUPR, Pemadam Kebakaran, Danposmil Banjarwangi, serta masyarakat setempat tengah bekerja keras mengevakuasi material longsor dan mengatur lalu lintas agar akses jalan bisa kembali digunakan. BPBD Kabupaten Garut juga terus melakukan pemantauan dan mengimbau warga agar tetap waspada mengingat potensi bencana susulan masih sangat tinggi.
Pernyataan Forum Pemerhati Lingkungan Garut
Aktivis lingkungan dari Forum Pemerhati Lingkungan Garut, Ipung, menilai kejadian ini bukan sekadar faktor cuaca ekstrem, tetapi juga akibat:
- Kerusakan kawasan hulu
- Alih fungsi lahan tanpa perhitungan ekologis
- Sistem drainase buruk di daerah padat penduduk
- Kurangnya pengawasan terhadap tata ruang
“Garut ini punya bentang alam yang indah namun rapuh. Ketika hutan dirusak dan air hujan tidak lagi terserap oleh tanah, maka longsor dan banjir tinggal menunggu waktu. Pemerintah tidak boleh lagi memandang tata ruang sebagai dokumen administratif. Itu adalah peta keselamatan rakyat,” tegas Ipung.
Rekomendasi dan Solusi yang Didorong Forum Pemerhati Lingkungan
Untuk mencegah bencana terus berulang tanpa akhir, Forum menyerukan langkah nyata:
- Rehabilitasi Hutan dan Hulu Sungai
Penanaman kembali area kritis serta pengawasan ketat penebangan liar. - Audit Tata Ruang dan Penghentian Pembangunan di Zona Rawan
Pemanfaatan lahan harus sesuai dengan rencana ruang berbasis mitigasi bencana. - Pemulihan Sistem Drainase dan Infrastruktur Air
Pembangunan drainase berkelanjutan dan perbaikan jaringan yang kerap tersumbat. - Pemberdayaan dan Edukasi Warga
Pelatihan siaga bencana hingga gerakan penghijauan bersama masyarakat. - Sistem Peringatan Dini yang Lebih Akurat
Memanfaatkan teknologi sensor dan informasi cepat kepada warga di daerah rawan.
Seruan Tindakan Nyata
Ipung menegaskan bahwa penyelesaian tidak boleh hanya berfokus pada penanganan saat bencana terjadi.
“Kalau akar masalahnya tidak dibongkar, kita akan terus berduka setiap musim hujan. Garut harus berani berubah demi masa depan generasi berikutnya,” pungkasnya.
FPLG mengingatkan masyarakat untuk tetap siaga, menghindari lereng curam, dan melaporkan potensi pergerakan tanah atau banjir sesegera mungkin kepada aparat setempat. (Red)
