
GARUT , Medialibas.com — Di balik hamparan sawah dan sejuknya angin perbukitan, tersembunyi kenyataan yang menggetarkan hati: para pelajar di Garut Selatan, yang seharusnya menggenggam masa depan dengan semangat dan ilmu, kini justru tenggelam dalam kegelapan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Obat keras jenis Eximer dan Tramadol, yang seharusnya hanya bisa dikonsumsi secara medis dan dengan pengawasan dokter, kini menjadi “cemilan sore” para siswa. Fenomena ini bukan sekadar kenakalan remaja—ini darurat nasional yang mengancam keberlangsungan bangsa.
“Saya menangis dalam hati melihat murid-murid saya berubah menjadi seperti orang linglung. Mereka tidak lagi punya semangat belajar. Banyak dari mereka mengonsumsi Eximer dan Tramadol seperti permen,” ujar seorang guru di wilayah Garut Selatan.
Laporan dari lapangan menunjukkan peningkatan jumlah pelajar SMP dan SMA di berbagai kecamatan seperti Pakenjeng, Bungbulang, hingga Cikelet yang terbukti menggunakan obat keras tersebut. Yang lebih memilukan, mereka sering mendapatkannya secara bebas dari kios, toko kecil, bahkan pengedar jalanan yang tidak pernah takut ditangkap. (20/6/2025)
Mengapa Ini Terjadi? Siapa yang Bertanggung Jawab?
1. Kurangnya Pengawasan Orang Tua dan Sekolah
Orang tua yang bekerja jauh, sekolah yang minim sumber daya, dan lemahnya sistem pengawasan menyebabkan anak-anak mudah dijangkau oleh pengedar.
2. Lemahnya Penegakan Hukum dan Intelijen Kepolisian
Ironisnya, para pengedar seringkali beroperasi terang-terangan di dekat lingkungan sekolah atau di tempat umum. Beberapa bahkan sudah diketahui masyarakat sekitar, namun tidak ada tindak lanjut yang tegas. Hal ini menjadi pertanyaan besar terhadap kinerja aparat penegak hukum.
3. Abainya Pemerintah dalam Menjalankan Amanat Konstitusi
Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”
Namun, realitasnya, anak-anak dibiarkan mengonsumsi racun yang merusak otak dan masa depan mereka, sementara negara terlihat lamban merespons.
Dampak Menghancurkan: Bukan Sekadar Mabuk
Obat-obatan seperti Tramadol dan Eximer memberi efek menenangkan sesaat, tetapi menyisakan kerusakan jangka panjang yang fatal:
- Kerusakan Otak Permanen: Efek sedatif dan depresan kuat pada sistem saraf bisa menyebabkan kebodohan permanen, gangguan jiwa, dan kejang.
- Turunnya Prestasi Akademik dan Moralitas: Anak-anak kehilangan motivasi, putus sekolah, bahkan terlibat perilaku menyimpang.
- Kriminalitas Usia Dini: Untuk mendapat uang membeli obat, mereka mencuri, berbohong, bahkan menjadi pengedar.
- Lumpuhnya Masa Depan Bangsa: Setiap anak yang rusak, adalah hilangnya satu potensi bagi kemajuan negeri.
Saatnya Pemerintah dan Polisi Tidak Lagi Diam
Masalah ini tidak cukup disikapi dengan seminar atau imbauan kosong. Diperlukan tindakan nyata, cepat, dan berani dari semua unsur negara—khususnya kepolisian dan pemerintah daerah.
1. Penindakan Hukum yang Tegas terhadap Pengedar dan Penjual
Polres Garut dan jajarannya wajib menggelar operasi intensif menyasar toko, kios, dan individu yang menjual obat golongan G tanpa izin.
UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 harus diterapkan maksimal untuk menghukum para pelaku dengan hukuman berat, tanpa kompromi.
2. Pemerintah Daerah Harus Aktif Melindungi Anak
Bupati Garut bersama Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan harus segera membentuk satuan tugas (Satgas) anti-obat terlarang di kalangan pelajar. Anak-anak harus dilindungi seperti aset negara, bukan dibebaskan menjadi korban.
3. Wajib Tes Urin Berkala di Sekolah
Setiap sekolah menengah wajib melaksanakan tes urin berkala yang diawasi oleh Puskesmas dan BNNK, agar anak-anak yang sudah terjerumus bisa direhabilitasi sejak dini tanpa stigmatisasi.
4. Edukasi dan Perlindungan Jangka Panjang
Sosialisasi massif dan penguatan karakter siswa harus menjadi program pendidikan wajib. Tak cukup ceramah, perlu pelibatan psikolog, tokoh agama, tokoh adat, serta mantan pecandu yang telah pulih.
Kita Tidak Bisa Menunggu Korban Berikutnya
Setiap hari yang dilewati tanpa tindakan adalah satu anak lagi yang kehilangan masa depannya. Kita tidak hanya berurusan dengan obat, tapi dengan perang senyap yang merobek masa depan bangsa ini.
“Bangsa yang membiarkan anak-anaknya diracuni secara bebas, adalah bangsa yang sedang menggali kuburnya sendiri.”
— , Guru Garut Selatan
Seruan Terakhir
Kami, warga Garut Selatan, menuntut dengan tegas:
- Penutupan toko dan kios yang menjual obat keras tanpa izin.
- Penangkapan dan pengadilan terhadap semua pengedar yang menjadikan anak-anak sebagai target.
- Pengawasan melekat dari pihak berwajib di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Jika negara tidak segera hadir dalam perang ini, maka bersiaplah menyaksikan runtuhnya generasi emas yang selama ini hanya dibanggakan dalam pidato dan slogan.
Garut butuh tindakan, bukan sekadar perhatian.
Ditulis oleh: Tedi Sutardi