
Garut,Medialibas.com – Di tengah gegap gempita pembangunan dan hiruk-pikuk modernisasi, masih ada sosok-sosok yang memilih berjuang dalam diam. Salah satunya adalah H. Dadang, S.D., S.Kep., Ners., S.IP., M.M.Kes, Kepala Puskesmas Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Baginya, mengabdi di dunia kesehatan bukan hanya sekadar profesi, melainkan panggilan hati untuk menjaga denyut kehidupan masyarakat di pelosok negeri.
“Setiap warga berhak atas pelayanan yang sama. Sehat itu hak semua orang, bukan milik segelintir,” ujar H. Dadang saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (08/10/2025).
Ketimpangan yang Masih Menganga di Lapangan
Di balik semangat pelayanan, H. Dadang tak menutup mata terhadap realitas. Ketimpangan akses kesehatan masih menjadi persoalan klasik. Di banyak desa di Garut Selatan, warga kerap menunda berobat karena takut biaya atau sulitnya transportasi menuju fasilitas kesehatan.
Minimnya tenaga medis dan rendahnya pemahaman masyarakat tentang BPJS menjadi tantangan tersendiri bagi Puskesmas Cisompet. “Edukasi menjadi bagian penting dari tugas kami. Banyak warga belum tahu bagaimana memanfaatkan layanan kesehatan yang sudah disediakan negara,” ungkap salah satu tenaga medis di lapangan.
Kesehatan Sebagai Pilar Pembangunan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sistem kesehatan yang kuat harus berdiri di atas lima pilar utama: pembiayaan yang berkelanjutan, tenaga medis profesional, data akurat, fasilitas memadai, serta ketersediaan obat dan teknologi.
H. Dadang meyakini hal itu sepenuhnya. “Negara sehat berarti negara kuat,” ujarnya menegaskan. Ketika pelayanan kesehatan berjalan baik, dampaknya bukan hanya menekan angka kematian, tapi juga meningkatkan produktivitas masyarakat.
Belajar dari Sejarah, Melangkah dengan Inspirasi
Sejarah membuktikan bahwa pelayanan kesehatan yang solid bisa mengubah wajah dunia. Penyakit cacar, yang dahulu menjadi ancaman global, berhasil dihapuskan berkat sistem kesehatan yang terkoordinasi dengan baik.
Semangat itulah yang dihidupi oleh H. Dadang dan rekan-rekannya. Mereka berupaya menjadikan Puskesmas Cisompet bukan sekadar tempat berobat, tetapi juga pusat edukasi dan pemberdayaan masyarakat.
Membangun Kesadaran Sehat dari Desa
Bagi H. Dadang, pelayanan kesehatan tidak boleh berhenti di meja pemeriksaan. Ia menekankan pentingnya membangun kesadaran sejak dini.
“Kami ingin warga datang bukan hanya saat sakit, tapi juga untuk berkonsultasi dan menjaga pola hidup sehat,” ujarnya.
Program edukasi kesehatan di sekolah, posyandu, dan kegiatan sosial menjadi strategi utama Puskesmas Cisompet dalam menanamkan kesadaran kolektif.
Transformasi Kesehatan Nasional dan Harapan Baru
Pemerintah tengah menggencarkan transformasi kesehatan nasional mulai dari pemerataan tenaga medis hingga digitalisasi layanan. Namun, H. Dadang menilai bahwa kolaborasi lintas sektor tetap menjadi kunci utama keberhasilan.
Pelayanan kesehatan yang merata, menurutnya, bukan hanya soal infrastruktur atau alat canggih, tapi tentang kehadiran manusia-manusia yang peduli dan bekerja dengan hati.
Menutup dengan Tekad: Sehat Adalah Keadilan Sosial
Apa yang dilakukan H. Dadang dan timnya membuktikan bahwa semangat pengabdian masih hidup, meski jauh dari sorotan publik. Di tengah segala keterbatasan, mereka menjaga detak kehidupan masyarakat agar tetap berdenyut.
“Kesehatan bukan kemewahan, tapi kewajiban bersama. Kami akan terus berjuang agar setiap warga Cisompet bisa merasakan haknya untuk hidup sehat,” tutur H. Dadang penuh keyakinan.
Bangsa yang sehat adalah bangsa yang kuat dan di tangan-tangan pengabdi seperti H. Dadang, cita-cita itu terus dijaga dengan kesungguhan dan cinta.
(Wawan.S)