
Oleh: Tedi Sutardi (Aktivis Pemerhati Kebijakan Publik dan Lingkungan)
Garut Artikel,Medialibas.com – Hidup tidak pernah berjalan mulus tanpa tantangan. Pernyataan “hidup adalah perjuangan, sebaik atau seburuk apapun perjuangan tentunya untuk bertahan hidup” adalah kebenaran universal yang berlaku untuk setiap manusia. Tetapi di balik makna sederhana itu, kita menemukan realitas yang jauh lebih kompleks: perjuangan manusia bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk ruang hidupnya, lingkungannya, dan masyarakat di sekitarnya.
Kita berjuang bukan hanya agar tetap bisa bernafas hari ini, melainkan agar generasi mendatang juga bisa menghirup udara segar. Kita berjuang bukan hanya untuk memastikan nasi tersaji di meja makan keluarga kita, tetapi juga agar tidak ada orang lain yang harus kelaparan karena kebijakan publik yang tidak adil. Inilah dimensi perjuangan yang lebih luas perjuangan yang melibatkan kesadaran, keberanian, dan kepedulian sosial.
Hidup dan Perjuangan yang Tak Pernah Usai
Manusia diciptakan dengan fitrah untuk berusaha. Setiap hari kita berhadapan dengan tantangan, mulai dari persoalan ekonomi, kesehatan, hingga relasi sosial. Namun, perjuangan itu tidak pernah berhenti pada batas pribadi. Ada ujian-ujian yang jauh lebih besar yang harus kita hadapi bersama, yaitu ujian dalam menjaga kelestarian alam dan melawan kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat.
Perjuangan itu sering kali pahit. Alam yang kita jaga dirusak oleh segelintir orang yang rakus. Sungai yang kita rawat dari pencemaran tiba-tiba kotor kembali karena limbah pabrik yang mengalir tanpa pengawasan. Masyarakat kecil yang kita dampingi malah harus terusir dari tanah leluhur mereka karena kepentingan investasi besar.
Tetapi di situlah perjuangan menemukan maknanya: bukan hasil akhir yang membuatnya bernilai, melainkan keberanian untuk terus berjalan di jalan yang benar.
Lingkungan: Nafas Kehidupan yang Harus Dijaga
Tidak ada kehidupan tanpa lingkungan. Hutan, sungai, tanah, dan udara adalah sumber daya yang menopang segala aspek kehidupan manusia. Namun ironisnya, lingkungan sering kali diperlakukan seolah bisa dieksploitasi tanpa batas.
Ambil contoh kondisi Sub DAS Cimanuk di Garut. Kawasan yang semestinya menjadi penyangga kehidupan justru mengalami kerusakan akibat alih fungsi lahan, pembalakan liar, dan minimnya pengawasan. Dampaknya jelas: banjir, longsor, hingga krisis air bersih yang langsung dirasakan masyarakat. Ini adalah bukti nyata bahwa perjuangan menjaga lingkungan adalah bagian tak terpisahkan dari perjuangan hidup itu sendiri.
Jika kita gagal menjaga lingkungan, kita sedang menggali kubur peradaban kita sendiri. Karena bagaimana mungkin manusia bisa bertahan hidup jika air yang diminum tercemar, udara yang dihirup penuh polusi, dan tanah yang ditanami tidak lagi subur?
Kebijakan Publik: Antara Kepentingan dan Keadilan
Selain lingkungan, perjuangan hidup juga sangat ditentukan oleh arah kebijakan publik. Sayangnya, kebijakan sering kali lebih berpihak pada keuntungan jangka pendek dibandingkan keberlanjutan hidup masyarakat.
Kita bisa melihat bagaimana proyek-proyek besar kadang mengorbankan masyarakat kecil. Warga yang tinggal di bantaran sungai digusur tanpa solusi memadai. Petani kehilangan lahan karena alih fungsi untuk industri. Nelayan kesulitan melaut karena laut tercemar. Semua itu terjadi bukan karena mereka malas berjuang, tetapi karena sistem yang seharusnya melindungi mereka justru merugikan.
Di sinilah perjuangan menemukan arti baru: perjuangan menuntut keadilan. Bagi aktivis, akademisi, jurnalis, dan masyarakat sipil, perjuangan ini adalah panggilan moral untuk memastikan bahwa kebijakan publik tidak hanya berpihak pada pemilik modal, tetapi juga melindungi hak-hak rakyat kecil.
Perjuangan sebagai Jalan Membentuk Kesadaran
Perjuangan yang kita lakukan hari ini, betapapun kecilnya, adalah batu bata yang membangun kesadaran kolektif. Menanam satu pohon mungkin terlihat sederhana, tetapi itu adalah bagian dari perjuangan melawan krisis iklim. Menolak penggunaan plastik sekali pakai bisa dianggap sepele, tetapi jika dilakukan berjuta orang, itu bisa mengubah arah peradaban.
Begitu pula dengan keberanian menyuarakan aspirasi. Menulis opini, mengkritisi kebijakan, atau sekadar mendukung gerakan sosial, adalah langkah-langkah kecil yang memberi energi pada perjuangan besar. Perjuangan bukan hanya milik aktivis di jalanan, tetapi juga milik setiap orang yang peduli pada kebaikan bersama.
Menyikapi Perjuangan dengan Arif
Tidak ada perjuangan yang mudah. Kegagalan sering kali datang lebih dulu daripada keberhasilan. Namun justru dari kegagalanlah kita belajar. Dari jatuh, kita belajar bangkit. Dari luka, kita menemukan arti sabar.
Perjuangan juga harus ditempatkan dalam keseimbangan. Manusia wajib berusaha, tetapi hasilnya selalu ada dalam genggaman Tuhan. Karena itu, perjuangan harus disertai dengan keikhlasan, doa, dan niat yang lurus. Impian yang kita kejar bukan semata untuk diri sendiri, melainkan untuk keberlangsungan hidup bersama.
Hidup adalah perjuangan, dan perjuangan terbesar manusia di zaman ini adalah menjaga bumi dan menegakkan keadilan sosial. Lingkungan adalah warisan, bukan komoditas yang habis dieksploitasi. Kebijakan publik adalah amanah, bukan sekadar alat kekuasaan. Jika dua hal ini kita abaikan, maka perjuangan hidup kita akan kehilangan makna.
Namun jika kita mampu menjadikan perjuangan ini sebagai jalan kolektif jalan yang dijalani dengan kesadaran, keikhlasan, dan keberanian maka hidup akan menemukan arti sejatinya. Karena pada akhirnya, bertahan hidup bukan hanya soal hari ini, melainkan juga tentang bagaimana kita mewariskan bumi yang layak untuk generasi yang akan datang.