Oleh: Ayah Dody

Garut,Medialibas.com, – Hidup adalah perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan, pelajaran, dan keajaiban. Dalam kehidupan ini, sering kali kita lupa akan nilai-nilai penting yang seharusnya menjadi panduan. Pesan kebijaksanaan Sunda yang berbunyi:
“Nu néang untung tina rugi batur bakal malik diri urang nu rugi, nu néang bungah tina kasusah batur bakal malik diri urang nu bungah, nu néang seuri tina ceurik batur bakal malik diri urang nu ceurik, nu néang kabagjaan tina tunggara batur bakal malik diri urang nu tunggara. Jati diri jati rasa kudu di aji diri jeung rasana nu nyumput buni na sajatining hirup hurip kuringna kurungna bakal merenah tumaninah puri jatnika lugina ati sanubari paramarta.”
Kata-kata ini membawa pesan yang dalam tentang hukum sebab-akibat, empati, dan pemahaman terhadap arti sejati kehidupan. Sebuah peringatan untuk tidak mencari kebahagiaan, tawa, atau keuntungan dari penderitaan orang lain. Sebab pada akhirnya, apa yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita sendiri. (16/6/2025 )
Hukum Sebab dan Akibat dalam Kehidupan
Dalam pesan ini, tersirat pengingat tentang hukum universal yang sering dikenal sebagai karma. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai. Jika kita mencari kebahagiaan dengan cara mengambil kebahagiaan orang lain, pada saatnya kita akan merasakan kehilangan itu sendiri. Prinsip ini mengajarkan kita untuk selalu bertindak dengan kesadaran penuh dan tidak merugikan orang lain demi keuntungan pribadi.
Sebagai contoh konkret, kita dapat melihat dalam dunia kerja. Jika seorang rekan kerja memilih untuk mendapatkan promosi dengan cara menjatuhkan koleganya, mungkin ia akan berhasil untuk sementara waktu. Namun, tindakan seperti itu akan merusak hubungan profesional dan kepercayaan di tempat kerja, yang pada akhirnya dapat berdampak buruk pada kariernya.
Hukum sebab-akibat tidak hanya berlaku dalam hubungan antarindividu, tetapi juga dalam skala yang lebih besar, seperti hubungan antarbangsa atau dalam pengelolaan lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang tidak bertanggung jawab, misalnya, mungkin memberikan keuntungan jangka pendek, tetapi kerugian jangka panjang yang ditimbulkannya jauh lebih besar.
Empati sebagai Landasan Hidup
Pesan ini juga mengajarkan pentingnya empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, empati menjadi fondasi utama untuk menciptakan keharmonisan. Ketika kita mampu merasakan kesedihan orang lain, kita akan tergerak untuk membantu, bukan memanfaatkan situasi tersebut untuk kepentingan pribadi.
Empati juga menjadi kunci dalam menciptakan hubungan yang sehat, baik dalam keluarga, komunitas, maupun hubungan internasional. Sebagai contoh, ketika sebuah komunitas menghadapi bencana alam, masyarakat yang memiliki empati akan bergerak untuk membantu dengan tulus. Sebaliknya, kurangnya empati dapat menyebabkan konflik dan perpecahan.
Memahami Jati Diri dan Nilai Kehidupan
Pesan ini juga menekankan pentingnya memahami jati diri dan nilai kehidupan. Dalam bahasa Sunda, jati diri jati rasa mengacu pada pentingnya mengenali siapa kita sebenarnya dan menghargai rasa atau emosi yang kita miliki. Hidup yang sejati adalah hidup yang dijalani dengan kesadaran penuh, tanpa menyakiti orang lain, dan dengan rasa syukur atas apa yang kita miliki.
Memahami jati diri adalah langkah awal untuk mencapai kebahagiaan sejati. Hal ini melibatkan introspeksi mendalam untuk mengenali kekuatan, kelemahan, dan tujuan hidup kita. Dengan pemahaman ini, kita dapat menjalani hidup dengan lebih fokus dan bermakna.
Sebagai tambahan, pemahaman terhadap jati diri juga membantu kita untuk menghormati perbedaan dan keberagaman. Ketika kita mengenali dan menerima diri kita apa adanya, kita akan lebih mudah menerima orang lain dengan segala keunikan mereka.
Kehidupan sebagai Cerminan Diri
Hidup ini seperti cermin. Apa yang kita lakukan kepada orang lain, akan kembali kepada kita. Jika kita memberikan cinta, kebaikan, dan rasa hormat, maka hal-hal tersebutlah yang akan kita terima. Sebaliknya, jika kita memberikan kebencian, tipu daya, dan rasa iri, itulah yang akan menghantui kita.
Sebagai manusia, kita memiliki pilihan. Pilihan untuk menjadi pribadi yang membawa kebaikan atau sebaliknya. Pesan ini mengajarkan kita untuk selalu memilih jalan yang benar, meskipun terkadang jalan itu sulit dan penuh rintangan. Sebab, pada akhirnya, yang benar akan membawa kita pada kebahagiaan sejati.
Membangun Kehidupan yang Seimbang
Selain empati dan pemahaman jati diri, penting juga bagi kita untuk menciptakan keseimbangan dalam hidup. Keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan tanggung jawab sosial, antara pencapaian duniawi dan kepuasan batin, serta antara bekerja keras dan menikmati hidup.
Keseimbangan ini bisa dicapai dengan menjalani hidup secara sederhana namun penuh makna. Dengan menghargai hal-hal kecil dalam hidup, seperti senyuman seorang teman, indahnya matahari terbit, atau rasa damai saat bersama keluarga, kita bisa menemukan kebahagiaan yang lebih mendalam.
Penutup
Hidup ini singkat, tetapi penuh dengan pelajaran berharga. Mari kita jadikan pesan kebijaksanaan ini sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Jangan pernah mencari kebahagiaan dari penderitaan orang lain, karena kebahagiaan sejati hanya datang dari hati yang damai dan perbuatan yang tulus.
Sebagai penutup, mari kita renungkan: Apakah selama ini kita sudah hidup dengan memegang prinsip-prinsip ini? Jika belum, tidak ada kata terlambat untuk berubah dan memulai perjalanan menuju kehidupan yang lebih baik. Semoga kita semua selalu berada di jalan yang benar, dengan hati yang penuh kasih, rasa syukur, dan kesadaran akan pentingnya keseimbangan. Ayah Dody (AA)