
Tasikmalaya,Medialibas.com – Sebuah insiden di Posyandu kembali menyita perhatian publik. Seorang ibu hamil (Bumil) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, meluapkan kekecewaannya usai menerima perlakuan yang dinilai kurang pantas dari seorang kader Posyandu.
Sementara peristiwa ini terjadi pada kegiatan rutin Posyandu Gelang Cangkek, Kampung Sindangasih, Dusun Lembur Tengah, Desa Ciheras,Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Jum’at (22/08/2025).
Alih-alih mendapat pelayanan ramah dan edukatif, Bumil tersebut justru tersinggung atas ucapan kader yang dianggap tidak sopan. Hal ini membuat atmosfer pelayanan yang seharusnya menenangkan berubah menjadi tidak nyaman.
Harapan yang Tercoreng
Posyandu selama ini dipandang sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat, terutama untuk ibu hamil, balita, dan lansia. Namun, sikap kader yang tidak santun justru bertolak belakang dengan semangat pelayanan Posyandu.
“Kenapa sekarang ada kader yang justru menampilkan perilaku kurang baik? Itu dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap Posyandu,” ungkap Bidan P, tenaga kesehatan di wilayah Cipatujah, saat dikonfirmasi Medialibas.com melalui pesan singkat. Minggu, (24/08/2025).
Ia menuturkan, sebelumnya terdapat tiga Posyandu di wilayah Cipatujah yang dijadikan percontohan karena dinilai baik dari segi pelayanan maupun tata kelola. Tetapi dengan adanya kejadian ini, citra baik itu terancam luntur.
Kader Posyandu: Garda Depan yang Lemah Pembinaan
Kader Posyandu memiliki peran vital dalam memberikan pelayanan dasar, edukasi, serta menjadi penghubung komunikasi antara masyarakat dan tenaga medis. Namun, perilaku yang tidak pantas dapat menghambat tujuan utama Posyandu.
“Pelayanan kesehatan di tingkat desa hanya akan berhasil jika didukung oleh kader yang ramah, sabar, dan komunikatif. Kalau ada yang bersikap sebaliknya, jelas akan mengurangi partisipasi warga,” tambah Bidan P.
Tokoh masyarakat setempat pun menyayangkan kejadian ini. Menurut mereka, sikap kader tidak boleh dianggap sepele karena menyangkut kepercayaan publik. Jika masyarakat mulai enggan mendatangi Posyandu, dampaknya akan langsung berimbas pada kesehatan ibu hamil, bayi, dan balita.
Desakan Evaluasi untuk Dinas Kesehatan
Insiden ini memicu sorotan terhadap Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya. Publik mendesak agar ada evaluasi serius terkait pembinaan kader di lapangan.
“Kalau ada kader bersikap tidak pantas, itu bukan hanya salah personal, tetapi juga menunjukkan lemahnya pengawasan. Dinas harus segera turun tangan, melakukan pembinaan, bahkan bila perlu pelatihan ulang,” kata seorang tokoh warga yang ditemui di Ciheras.
Sejumlah pemerhati kesehatan juga menilai, kasus ini seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah daerah untuk memperketat seleksi dan pelatihan kader. Mereka menekankan pentingnya keterampilan komunikasi dan sikap empatik, bukan sekadar kemampuan teknis.
Jangan Jadi Formalitas
Kekhawatiran terbesar adalah bila Posyandu hanya menjadi ajang formalitas tanpa kualitas. Jika masyarakat sudah kehilangan kepercayaan, maka tujuan besar Posyandu sebagai garda terdepan kesehatan masyarakat bisa gagal total.
“Posyandu itu bukan sekadar timbangan, pencatatan, atau pemberian vitamin. Lebih dari itu, ia adalah tempat masyarakat merasa aman, nyaman, dan didengar. Kalau sampai warga takut atau enggan datang, itu tanda bahaya,” tegas seorang pemerhati kesehatan.
Peringatan untuk Semua Pihak
Kasus di Cipatujah ini harus dijadikan pelajaran bagi semua pihak. Bagi kader, agar lebih berhati-hati dalam berucap dan bersikap. Bagi UPTD Puskesmas, sebagai pengingat agar pengawasan dan pembinaan tidak longgar. Dan bagi Dinas Kesehatan, sebagai peringatan agar kejadian serupa tidak terulang di wilayah lain.
Pada akhirnya, keberhasilan program kesehatan di tingkat desa sangat ditentukan oleh kualitas interaksi di lapangan. Sikap ramah, sabar, dan komunikatif adalah modal utama yang tidak boleh ditawar. Tanpa itu, Posyandu akan kehilangan rohnya sebagai layanan kesehatan berbasis masyarakat.(Saepuloh)