
Garut,Medialibas.com – Di tengah tumpukan keluhan masyarakat tentang lingkungan yang semakin terabaikan dan bangunan-bangunan terbengkalai yang menjadi sumber keresahan, LIBAS telah memberikan contoh yang nyata tentang kepedulian sosial yang tak hanya berhenti di tataran kata-kata.
Dengan semangat tanpa pamrih dan kerja keras tanpa kenal lelah, para anggota LIBAS turun langsung membersihkan kawasan eks rumah makan di daerah Copong, Kabupaten Garut, Jawa Barat yang telah lama dibiarkan kumuh dan memprihatinkan.
Aksi sosial ini digerakkan oleh Ketua Perkumpulan Lingkungan Anak Bangsa (LIBAS), Tedi Sutardi, yang menyuarakan bahwa perubahan tidak selalu harus datang dari pejabat atau birokrasi, tetapi bisa dimulai dari niat tulus masyarakat yang peduli.
“Kami tidak ingin hanya jadi penonton atau pengeluh. Lingkungan yang sehat adalah tanggung jawab bersama. Maka, kami memilih untuk bertindak,” tegas Tedi Sutardi saat diwawancarai di lokasi kegiatan, Kamis (25/07/2025).
Bangunan Mangkrak yang Jadi Masalah Lingkungan
Bangunan bekas rumah makan yang terletak di kawasan strategis Copong ini telah lama menjadi sorotan warga sekitar. Tak hanya ditelantarkan, bangunan ini juga telah berubah fungsi menjadi tempat pembuangan sampah ilegal, sarang nyamuk, dan bahkan diduga sering digunakan untuk aktivitas-aktivitas negatif.
Ketidakjelasan status bangunan serta abainya pihak berwenang membuat area ini menjadi beban sosial dan lingkungan.
Menurut warga, berbagai keluhan sudah pernah disampaikan baik ke RT/RW setempat maupun ke instansi pemerintah terkait, namun belum ada tindakan nyata. Situasi ini menimbulkan rasa frustrasi di kalangan masyarakat.
“Kalau sudah malam, tempat ini jadi gelap dan rawan. Kami takut ada yang berbuat macam-macam di sana. Tapi dari dulu enggak ada yang beresin,” ungkap Rudi (39), warga setempat yang menyaksikan langsung kegiatan bersih-bersih.
LIBAS Tunjukkan Kerja Nyata
Berangkat dari kondisi tersebut, Tedi Sutardi bersama para anggota LIBAS tidak tinggal diam. Dengan alat seadanya seperti cangkul, sekop, sapu lidi, karung sampah, hingga gerobak dorong mereka mengangkut sampah, merapikan rerumputan liar, dan membersihkan sisa-sisa bangunan yang berserakan.
Kegiatan dimulai sejak pagi hari dan berlangsung hingga sore, dengan melibatkan lebih dari dua puluh anggota LIBAS. Beberapa warga yang merasa tersentuh dengan aksi ini bahkan ikut membantu dengan menyediakan air minum, makanan ringan, dan semangat moral bagi para relawan.
“Kami datang bukan untuk cari nama, tapi untuk mengingatkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan adalah tugas kita semua. LIBAS tidak menunggu program atau anggaran, kami bekerja karena kami peduli,” ujar Tedi dengan nada tegas namun penuh empati.
Mendorong Kesadaran Publik dan Pemerintah
Tedi juga mengajak masyarakat luas dan khususnya generasi muda untuk terlibat aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan. Ia menekankan bahwa budaya gotong royong dan rasa tanggung jawab sosial harus kembali ditumbuhkan di tengah masyarakat yang kini cenderung individualistis dan acuh.
Lebih lanjut, ia menyentil pihak-pihak yang memiliki kewenangan namun minim aksi.
“Kami berharap apa yang kami lakukan ini bisa menjadi teguran halus bagi para pemangku kebijakan. Jangan biarkan tempat seperti ini jadi potret kegagalan kolektif. Pemerintah harus hadir, bukan hanya dalam spanduk dan baliho, tapi dalam kerja nyata di tengah masyarakat,” ujarnya.
Apresiasi dan Harapan dari Warga
Aksi ini pun menuai banyak apresiasi dari warga sekitar. Salah satunya datang dari Ibu Yani (52), warga RW 06 yang rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari lokasi eks rumah makan tersebut.
“Dulu setiap lewat sini saya tutup hidung karena baunya. Anak-anak juga dilarang main ke sini. Sekarang mulai bersih, saya berterima kasih sekali kepada Pak Tedi dan para relawan,” ucapnya haru.
Warga berharap agar kegiatan serupa dapat terus dilakukan, dan pemerintah setempat bisa bersinergi dengan organisasi masyarakat seperti LIBAS untuk menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan yang selama ini sering diabaikan.
Tak Akan Berhenti di Copong
Menutup keterangannya, Tedi Sutardi memastikan bahwa aksi bersih-bersih ini bukanlah yang terakhir. Ia bersama LIBAS dan Perkumpulan Lingkungan Anak Bangsa akan terus menyisir titik-titik rawan lingkungan lainnya di wilayah Garut.
“Kami tidak akan berhenti. Selama ada tempat yang terbengkalai, selama ada warga yang butuh bantuan, selama ada lingkungan yang rusak, maka kami akan hadir. Karena Garut ini rumah kita semua, dan rumah harus dijaga bersama,” tutupnya penuh semangat.
Di sisi lain,berkat peran Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Garut, kami bertekad untuk bekerjasama dan siap untuk melanjutkan kepedulian terhadap lingkungan hidup tanpa kenal lelah.(A1)