
Garut,Medialibas.com – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern dan tantangan ekonomi yang makin kompleks, masih ada secercah harapan yang tumbuh dari ketulusan hati masyarakat. Di Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat sebuah gerakan sosial lahir dari kolaborasi berbagai pihak komunitas, pemerintah, hingga tokoh masyarakat yang bersatu dalam aksi kemanusiaan bertajuk Gerakan Peduli Sesama.
Inisiatif ini dipelopori oleh Tedi Sutardi, Ketua Perkumpulan Lingkungan Abak Banhsai (LIBAS), yang sejak lama dikenal aktif membangun gerakan sosial dari bawah.
Namun kali ini, gerakan tersebut menjadi lebih kuat dan luas berkat dukungan dari Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, serta kehadiran Ugin Wiguna, mantan Direksi PDAM yang turut ambil bagian dalam aksi nyata ini, bersama Budi, salah satu mitra sosial yang konsisten dalam kegiatan kemanusiaan di wilayah Garut.
Ketulusan yang Terorganisir
Gerakan Peduli Sesama bukanlah kegiatan dadakan atau program temporer. Tedi menyampaikan, gerakan ini lahir dari rasa prihatin melihat realitas sosial di Desa Jayaraga, di mana masih banyak keluarga hidup dalam keterbatasan kekurangan pangan, sulitnya akses pendidikan, hingga layanan kesehatan yang belum merata.
“Kami tidak bisa menunggu pemerintah bergerak sendiri. Komunitas dan tokoh masyarakat harus hadir, menjadi bagian dari solusi. Dengan semangat gotong royong, kami ingin buktikan bahwa gerakan kecil, kalau dilakukan konsisten dan ikhlas, bisa membawa perubahan,” ujar Tedi, Kamis (12/06/2025).
Ia menambahkan, program ini dilakukan dengan pendekatan humanis. Tim relawan dari berbagai unsur masyarakat, termasuk pemuda desa dan tokoh lokal, mendatangi rumah-rumah warga secara langsung untuk mendata kebutuhan mereka. Pendekatan personal ini dilakukan agar bantuan benar-benar tepat sasaran dan warga merasa dihargai.
Ragam Bantuan, Satu Tujuan
Dalam pelaksanaan Gerakan Peduli Sesama, berbagai bentuk bantuan disalurkan, di antaranya:
Paket sembako untuk keluarga tidak mampu.
Perlengkapan sekolah dan bantuan biaya pendidikan bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera.
Layanan kesehatan gratis, termasuk pemeriksaan dasar dan pengadaan obat-obatan untuk lansia.
Kegiatan ini menyasar sejumlah warga termasuk keluarga saudara Peri, yang menjadi salah satu simbol kebutuhan mendesak akan perhatian sosial di wilayah tersebut.
Peran Strategis Pemerintah dan Tokoh Masyarakat
Sekretaris Daerah Kabupaten Garut menyambut positif gerakan ini dan menyatakan bahwa inisiatif seperti ini sangat relevan untuk mempercepat pemerataan kesejahteraan di tingkat desa.
“Kami sangat terbuka untuk bekerja sama dengan komunitas seperti LIBAS. Ketika masyarakat bergerak, pemerintah wajib hadir mendukung. Inisiatif seperti ini adalah bagian dari pembangunan partisipatif yang sangat dibutuhkan daerah,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Ugun Wiguna, tokoh Garut yang dikenal memiliki kepedulian sosial tinggi. Ia menyebut bahwa kehadirannya bukan untuk simbolik, melainkan sebagai bentuk tanggung jawab moral untuk ikut menebar kebaikan.
“Saya percaya, ketika kita turun langsung, kita tidak hanya memberi bantuan, tapi juga harapan. Itulah yang hari ini kami coba lakukan bersama LIBAS dan rekan-rekan lainnya,” ungkapnya.
Respon Haru Warga Jayaraga
Bagi warga, gerakan ini bukan hanya membawa bantuan fisik, tapi juga kehangatan emosional. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Yayah (45), salah satu penerima manfaat, yang tak kuasa menahan air mata saat menceritakan pengalamannya.
“Biasanya kami hanya berharap, tak tahu harus ke mana. Tapi hari ini ada yang datang, menanyakan kabar, melihat kondisi kami, lalu memberi bantuan. Rasanya seperti disiram air segar di tengah kemarau,” ujarnya dengan suara bergetar.
Harapan Menjadi Gerakan yang Menular
Budi, mitra sosial yang ikut dalam aksi ini, berharap kegiatan seperti ini tidak berhenti sebagai momen sesaat, tetapi menjadi budaya baru dalam masyarakat.
“Kita harus biasakan peduli. Tak harus menunggu kaya atau berkuasa. Bahkan dengan tenaga, dengan waktu luang, kita bisa bantu. Kita mulai dari desa, dari yang kecil, tapi dengan niat yang besar,” kata Budi.
Tedi Sutardi pun menegaskan bahwa gerakan ini bersifat terbuka. Siapa pun bisa bergabung, baik sebagai donatur, relawan, maupun penyambung suara di masyarakat. Ia bermimpi bahwa Gerakan Peduli Sesama akan menjadi gerakan massal, lintas komunitas, lintas wilayah, dan lintas kepentingan.
“Kami ingin menyebar virus kebaikan. Semoga setelah Jayaraga, akan muncul gerakan serupa di daerah lain. Karena Indonesia tak kekurangan orang baik hanya perlu dipantik,” tegasnya.
Kesimpulan: Menyalakan Obor Harapan
Aksi kolaboratif antara LIBAS, pemerintah, dan tokoh masyarakat ini menjadi bukti bahwa perubahan sosial bisa dimulai dari bawah. Tak perlu menunggu kebijakan besar atau anggaran miliaran rupiah. Sebuah gerakan yang tulus, terencana, dan dilakukan bersama, bisa menggerakkan roda harapan bagi mereka yang nyaris tak punya pilihan.
Di tengah dunia yang makin individualis, Tedi Sutardi dan rekan-rekannya menyalakan obor gotong royong yang mulai padam. Jayaraga menjadi saksi bahwa solidaritas masih hidup. Dan selama semangat itu menyala, Garut akan terus memiliki masa depan yang lebih manusiawi. (Tim Medialibas Garut)