![]()

Garut , Medialibas. Com,— Ancaman gerakan tanah kembali menjadi sorotan di Kecamatan Pasir Wangi setelah tim Forum Pemerhati Lingkungan Garut bersama Perkumpulan Lingkungan Anak Bangsa melakukan kajian lapangan di dua desa: Baru Sari dan Pada Awas.( 10 Desember 2025 ).
Hasil temuan menunjukkan tingginya risiko longsor yang dipicu kombinasi curah hujan ekstrem, alih fungsi lahan, dan lemahnya struktur tanah di wilayah pegunungan tersebut.
Menurut Tedi Sutardi, Koordinator Forum Pemerhati Lingkungan Garut sekaligus Ketua Perkumpulan Lingkungan Anak Bangsa, kondisi di kedua desa sudah masuk kategori siaga bencana.
“Curah hujan 200–400 mm saja sudah cukup menurunkan faktor keamanan lereng sampai titik kritis. Dan ini kondisi yang benar-benar terjadi di Pasir Wangi,” tegas Tedi Sutardi di lokasi pemeriksaan.
Baru Sari: Lereng Bergerak, Rumah Retak

Di Desa Baru Sari, tim menemukan retakan memanjang sejauh puluhan meter. Beberapa rumah warga terpantau mengalami pergeseran pondasi. Kajian teknik menunjukkan penurunan Factor of Safety (FS) dari 1,07 pada hujan ringanv menjadi 0,88 saat hujan mencapai 400 mm.
“Angka ini artinya lereng sudah tidak aman. Sedikit saja terjadi hujan lebat tambahan, longsor besar bisa terjadi,” jelas Tedi.
Alih fungsi lahan menjadi kebun dan ladang turut memperparah kondisi karena hilangnya akar pohon yang berfungsi mengikat tanah.
Pada Awas: Lubang Tanah Menganga, Ancaman Masif di Bawah Permukaan
Desa Pada Awas menunjukkan fenomena berbeda: munculnya lubang tanah berdiameter sekitar 4 meter dan kedalaman 3 meter. Perhitungan teknis menunjukkan tanah yang runtuh mencapai sekitar 68 ton.
Tim menduga lubang tersebut terbentuk akibat erosi internal yang dipicu infiltrasi air hujan dan buruknya sistem drainase bawah tanah.
“Jika tidak ditangani segera, lubang ini bisa melebar dan menelan area permukiman di sekitarnya,” ujar Tedi.
Penyebab Utama: Curah Hujan tinggi + Alih Fungsi Lahan
Hasil analisis Forum menunjukkan bahwa curah hujan musim ini mencapai angka yang mampu menurunkan stabilitas lereng hingga FS < 1, tanda bahaya longsor.
Kalkulasi stabilitas lereng menggunakan metode geoteknik berbasis kalkulus menunjukkan:
100 mm → aman
200 mm → kritis
400 mm → rawan longsor
700 mm → sangat berbahaya
Tuntutan Tindakan Cepat
Forum Pemerhati Lingkungan Garut mendesaknya pemerintah kecamatan dan kabupaten untuk:
- Memperbaiki drainase di seluruh titik rawan.
- Membuat zona siaga di permukiman lereng.
- Melakukan revegetasi dan penghentian alih fungsi lahan di area kritis.
- Membuat pemetaan retakan dan lubang tanah secara berkala.
- Memasang alat ukur curah hujan komunitas (rain gauge) di setiap desa.
Penutup
Dengan kondisi lereng yang sudah melewati ambang aman secara teknis, masyarakat di dua desa tersebut diimbau tetap waspada. Forum Pemerhati Lingkungan Garut bersama Perkumpulan Lingkungan Anak Bangsa menyatakan siap mendampingi warga dan pemerintah dalam penanganan darurat serta pemantauan lanjutan. (Red)
