Oplus_131072
 ![]()
Garut,Medialibas.com – Di tengah kesunyian Kampung Panunggangan, Desa Sukabakti, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, mengalir kisah tentang ketulusan dan tanggung jawab sosial. Namanya Oi Sudarsono, seorang warga sederhana yang tak pernah lelah memastikan air bersih tetap mengalir ke rumah-rumah penduduk.
Bagi warga RW 02, Oi bukan sekadar Ketua RW. Ia adalah sosok penjaga kehidupan, yang setiap hari memastikan pasokan air tetap tersedia bagi ratusan kepala keluarga. Bersama dua sahabat setianya, Entang (57) dan Enoy (45), Oi memimpin sistem air bersih Tirta Mandiri sebuah lembaga swadaya yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Panunggangan.
Mengabdi Tanpa Batas Waktu
Di kala kebanyakan warga beristirahat, Oi kerap terlihat menenteng pipa atau obeng, memeriksa saluran, bahkan turun langsung memperbaiki keran bocor di malam hari.
“Kalau ada gangguan air, ya harus langsung diperbaiki. Nggak kenal waktu siang atau malam,” ujarnya dengan nada santai namun penuh tanggung jawab. Selasa, (04/11/2025).
Bagi Oi, air bukan sekadar kebutuhan teknis, tapi bagian dari kehidupan yang harus dijaga. “Kalau air macet, warga pasti panik. Jadi kami berusaha cepat menanganinya biar semua bisa tetap pakai air,” tambahnya.
Gotong Royong yang Menghidupi
Dalam menjalankan tugas, Oi tidak pernah sendiri. Entang dan Enoy, dua tenaga lapangan yang setia mendampinginya, sudah terbiasa menghadapi medan berat, cuaca ekstrem, hingga kerja larut malam.
“Kalau ada laporan air nggak keluar, langsung kami cek. Kadang sampai tengah hujan pun tetap jalan,” tutur Entang sambil tersenyum.
Mereka bekerja bukan untuk gaji besar, melainkan karena panggilan hati. Kepuasan mereka sederhana: melihat warga bisa mandi, memasak, dan beribadah dengan nyaman karena air mengalir lancar.
Sistem Sederhana, Manfaat Luar Biasa
Tirta Mandiri dikelola sepenuhnya secara swadaya warga. Tarif air hanya Rp16.000 per Kepala Pemakaian Minimum (KPM) ditambah Rp5.000 biaya beban per bulan angka yang sangat terjangkau bagi masyarakat desa.
“Kami nggak cari untung. Yang penting air jalan, semua kebagian, dan warga nggak kekurangan,” kata Oi.
Namun, bukan berarti tanpa kendala. Pompa sering rusak, debit air menurun di musim kemarau, dan pipa kadang bocor. Tapi di sinilah kekuatan komunitas Panunggangan terasa setiap kali ada masalah, warga bergotong royong membantu dengan tenaga maupun bahan.
Dari Kepedulian Tumbuh Kemandirian
Apa yang dilakukan Oi dan rekan-rekannya kini menjadi simbol kemandirian warga Panunggangan. Tanpa menunggu bantuan besar dari pemerintah, mereka mampu menciptakan sistem air bersih yang andal dan berkelanjutan.
“Saya bahagia kalau lihat ibu-ibu bisa masak tanpa repot ambil air jauh, anak-anak bisa mandi pagi sebelum sekolah. Itu kepuasan yang nggak bisa dibeli,” ungkap Oi haru.
Apresiasi dari Pemerintah Desa
Kepala Desa Sukabakti, Wawan Gunawan, memberikan penghargaan tinggi terhadap dedikasi Oi dan timnya.
“Pak Oi ini bukan sekadar pekerja, tapi pejuang. Air bersih ini bukti nyata dari kepedulian sosial dan rasa tanggung jawab kepada masyarakat,” ujar Wawan.
Ia menambahkan, pemerintah desa berkomitmen untuk memberikan dukungan, baik dalam bentuk moral maupun bantuan peralatan, agar sistem Tirta Mandiri terus berkembang.
Mengalirkan Harapan ke Masa Depan
Oi berharap, ke depan Tirta Mandiri bisa mendapat tambahan alat, pompa baru, dan jaringan pipa yang lebih kuat. Namun, baginya yang paling penting adalah menjaga semangat gotong royong agar tetap hidup di tengah perubahan zaman.
“Selama warga masih kompak, saya yakin air kehidupan ini akan terus mengalir,” katanya mantap.
Penutup: Air yang Menghidupkan Nilai
Kisah Oi Sudarsono bukan hanya tentang air, tetapi tentang pengabdian, kebersamaan, dan cinta tanpa pamrih.
Dari kerja tangan-tangan sederhana di Panunggangan, mengalir pelajaran besar: bahwa kepedulian sekecil apapun bisa menjadi sumber kehidupan bagi banyak orang. (A1)
