
Garut, Medialibas.com – Gunung Papandayan di Kabupaten Garut kembali menegaskan eksistensinya sebagai salah satu destinasi pegunungan terfavorit di Jawa Barat. Terletak di ketinggian 2.665 mdpl, kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Papandayan menghadirkan kombinasi unik antara pesona visual, atmosfer sejuk, hingga pengalaman edukatif yang melekat erat pada lanskap vulkanik dan keragaman hayatinya.
Dikenal luas dengan ikon Hutan Mati, padang edelweiss di Pondok Saladah, dan deretan kawah aktif seperti Kawah Mas hingga Kawah Baru, Papandayan tak sekadar menawarkan panorama, tetapi juga menyajikan pengalaman belajar yang mengesankan. Mulai dari sejarah geologi, dinamika ekosistem, hingga tantangan lingkungan masa kini.
Magnet Wisata dari Dalam dan Luar Negeri
Daya tarik Gunung Papandayan bukan hanya milik warga Garut atau Jawa Barat. Pengunjung dari Jakarta, Bandung, bahkan mancanegara rutin mendatangi kawasan ini, membuktikan nilai universal dari keindahannya. Tak sedikit pula komunitas fotografi dan penikmat alam menjadikan Papandayan sebagai objek eksplorasi artistik mereka.
“Estetika dan edukasi berjalan beriringan di sini. Anak-anak saya jadi belajar mencintai alam sambil menikmati suasana,” ujar Dian Ramadhani, pengunjung asal Depok yang ditemui saat tengah berkemah, Minggu (13/07/2025).
Cuaca Tak Menentu, Tantangan Baru di Tengah Stabilnya Kunjungan
Menurut Aminta Kaban, Manager Operasional PT Alam Indah Lestari (AIL) selaku pengelola, kunjungan selama semester pertama 2025 berjalan stabil meski cuaca kerap tidak bersahabat. “Pola kunjungan masih normatif. Libur nasional dan akhir pekan panjang tetap mendominasi,” ungkapnya.
Namun, hujan tiba-tiba, kabut tebal, dan suhu ekstrem menjadi tantangan utama yang dihadapi tim operasional. Beberapa kali jalur pendakian harus ditutup demi keamanan.
“Kami tidak akan kompromi soal keselamatan. Sistem pemantauan cuaca berbasis satelit sudah diterapkan, dan personel kami dibekali pelatihan SAR serta perangkat komunikasi darurat,” terang Aminta.
Edukasi Lingkungan dan Kolaborasi: Fondasi Kelestarian
Tingginya antusiasme pengunjung membawa serta tanggung jawab besar dalam menjaga kelestarian. Persoalan klasik seperti sampah, vandalisme, dan api unggun sembarangan masih menjadi tantangan lapangan. Untuk itu, PT AIL semakin intensif dalam edukasi langsung dan pengawasan.
“Tidak cukup hanya mengingatkan. Kami terapkan tindakan tegas, tambah papan informasi, dan memperluas kerja sama dengan komunitas,” tegas Aminta.
Program Papandayan Bersih dan Lestari menjadi salah satu wujud konkret dari kolaborasi pengelola dengan komunitas pecinta alam dan institusi pendidikan. Lewat kegiatan ini, peserta diajak melakukan aksi bersih gunung, memahami flora-fauna lokal, hingga belajar prinsip zero-waste hiking.
Visi Masa Depan: Jalur Edukatif dan Pusat Ekowisata
Papandayan ke depan tidak hanya ingin jadi tempat berfoto dan berkemah. PT AIL tengah mengembangkan jalur pendakian alternatif yang lebih berorientasi edukasi. Jalur tersebut akan dilengkapi titik-titik pengetahuan tentang geologi, sejarah kawasan, hingga keanekaragaman hayati.
“Papandayan kami arahkan menjadi pusat pembelajaran ekowisata. Destinasi ini harus membawa pesan keberlanjutan dan cinta lingkungan,” imbuh Aminta.
Gunung Papandayan kini bukan lagi sekadar objek wisata, tapi menjadi simbol hidup harmoni antara manusia dan alam. Di tengah tantangan cuaca ekstrem dan tantangan kesadaran pengunjung, komitmen terhadap konservasi menjadi kunci agar pesona Papandayan tetap lestari—bukan hanya indah dipandang, tetapi juga kaya nilai bagi generasi mendatang. (A1)