
Oplus_131072
Garut,Medialibas.com – Gelombang kegeraman menyelimuti para Kepala Desa di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Bukan karena masalah internal desa, melainkan ulah seorang oknum yang mengaku wartawan asal Bandung. Oknum tersebut diduga berulang kali meminta sumbangan kepada para Kades untuk kegiatan yang tidak jelas, bahkan berani melakukan teror menelpon melalui sambungan WhatsApp ketika permintaannya tidak dituruti.
Modus yang dijalankan terbilang sistematis. Awalnya, oknum itu menghubungi para Kepala Desa dengan memperkenalkan diri sebagai wartawan. Dengan dalih untuk kepentingan acara atau kegiatan tertentu, ia mengajukan permintaan bantuan dana. Namun, begitu para Kades menolak atau tidak memberikan respon, justru datang rentetan pesan bernada intimidasi.
“Dia mengaku wartawan dari Bandung, katanya butuh sumbangan untuk kegiatan. Tapi saya curiga, tidak jelas acaranya, tidak ada surat resmi. Dia (Oknum) meminta di Transfer untuk bantuan sumbangan tersebut. Setelah saya tolak, malah diteror telpon terus menerus lewat WhatsApp dengan kata-kata menekan. Ini jelas tidak bisa dibiarkan,” ungkap salah satu Kepala Desa di wilayah Garut Selatan, Sabtu malam (13/09/2025).
Reaksi keras pun datang dari kalangan wartawan asli Garut. Mereka menilai tindakan tersebut bukan saja merugikan para Kepala Desa, tetapi juga mencoreng marwah profesi jurnalistik. Wartawan profesional, menurut mereka, bekerja dengan kode etik, bukan dengan cara-cara kotor seperti meminta-minta atau menebar ancaman.
“Ini jelas ulah penumpang gelap. Orang-orang seperti ini bukan wartawan, mereka hanya memakai nama wartawan untuk kepentingan pribadi. Dampaknya sangat buruk, karena masyarakat bisa salah menilai profesi pers. Kami akan cari, kami akan telusuri, dan jika terbukti, segera kami laporkan ke pihak kepolisian,” tegas seorang wartawan senior Garut yang enggan disebutkan namanya.
Kecaman juga datang dari salah sejumlah wartawan. Mereka sepakat, jika praktik semacam ini tidak segera dihentikan, maka citra pers lokal maupun nasional akan terus tercoreng.
“Kami tidak akan kompromi dengan oknum yang merusak nama baik wartawan. Profesi ini dijalankan dengan integritas, mengedepankan fakta dan kepentingan publik, bukan untuk memeras atau menekan pihak tertentu,” ujar Riki Rustiana perwakilan Wartawan di Kabupaten Garut.
Para Kepala Desa kini mendesak aparat penegak hukum untuk segera turun tangan. Mereka menilai, kasus ini bisa menjadi preseden buruk jika tidak ditangani secara serius. “Kalau dibiarkan, nanti akan semakin banyak oknum yang berani mencatut profesi wartawan untuk menekan pihak desa. Ini harus ada tindakan hukum,” ujar seorang Kades di kawasan Garut Utara.
Fenomena oknum yang mengaku wartawan dan mencari keuntungan pribadi memang bukan hal baru. Namun, ketika tindakan itu sudah disertai teror dan ancaman, jelas sudah melewati batas toleransi. Praktik kotor ini bukan saja merugikan Kepala Desa, tetapi juga berbahaya bagi demokrasi dan kebebasan pers.
Kasus ini kini tengah dalam sorotan publik. Para wartawan sejati di Garut berkomitmen untuk membongkar identitas oknum tersebut dan menyerahkan bukti-bukti kepada kepolisian.
Harapannya, tindakan tegas dapat diambil agar tidak ada lagi pihak yang seenaknya mengatasnamakan profesi mulia wartawan demi kepentingan sesaat.
“Kalau dibiarkan, ini akan jadi kanker yang merusak dunia pers. Kami tegaskan: wartawan bukan pengemis, bukan pemeras, dan bukan teroris digital. Wartawan adalah pilar demokrasi yang bekerja berdasarkan kebenaran,” pungkas salah satu jurnalis Garut dengan nada tegas. (A1)