
Oleh: Tim Perkumpulan Lingkungan Anak Bangsa (LIBAS)
GARUT,Medialibas.com – Di tengah meningkatnya beban ekologis akibat pencemaran dan eksploitasi material alam, muncul harapan dari sebuah kawasan edukasi lingkungan yang menolak eksploitasi dan memilih regenerasi. Ruang Terbuka Hijau Keanekaragaman Hayati (RTH Kehati) Copong hadir sebagai contoh nyata bahwa penataan lingkungan bisa dilakukan tanpa merusak alam lain. Salah satunya melalui pemanfaatan limbah eceng gondok dari Situ Bagendit menjadi kompos dan media tanam.
Dari Limbah Menjadi Solusi Penataan
Selama ini, proyek-proyek penataan taman atau penghijauan seringkali mengambil media tanah dan urugan dari bukit dan gunung, yang pada gilirannya memperparah kerusakan kawasan hulu dan menciptakan risiko longsor. Di RTH Kehati Copong, paradigma ini diubah total.
Sebagai gantinya, digunakan media tanam berbasis kompos alami dari eceng gondok—gulma air yang semula dianggap pengganggu, kini menjadi elemen utama dalam strategi penataan ruang hijau. Ini merupakan wujud filosofi “dari alam kembali ke alam”: ( juli 2025)
Bahan dari lingkungan dikembalikan menjadi kekuatan bagi lingkungan.
Langkah ini tidak hanya mengurangi beban pengambilan material dari kawasan bukit, tetapi juga memberikan solusi ekologis dua arah:
- Menanggulangi limbah organik di perairan.
- Menciptakan media tanam berkualitas tanpa merusak kawasan hutan atau gunung.
Dukungan Penuh dari Pemerintah Daerah dan TNI
Inisiatif ini berjalan lancar berkat kolaborasi multi-sektor. Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, Bapak Nurdin Yana, secara langsung mendukung penuh kegiatan ini, bersama jajaran pemerintah dan instansi terkait. Apresiasi mendalam juga diberikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Bapak Jujun Junaedi, yang menyebut program ini sebagai “wujud konkret edukasi berbasis aksi nyata.”
Tidak hanya itu, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Garut turut membantu dengan mengerahkan alat berat untuk proses pengangkutan limbah eceng gondok dari Situ Bagendit ke titik pengolahan di RTH Kehati Copong.
Dan tak kalah penting, ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak TNI yang telah memberikan izin dan akses untuk mengolah limbah eceng gondok di wilayah RTH Kehati Copong. Dukungan TNI ini memperkuat sinergi pertahanan dan ketahanan lingkungan, bahwa pelestarian alam juga bagian dari menjaga keutuhan wilayah.
“Kami sangat berterima kasih kepada TNI atas kepercayaannya, sehingga limbah dari Bagendit bisa kami olah menjadi media hijau yang bermanfaat untuk semua,” ujar seorang pegiat lingkungan dari LIBAS.
Teknik Pengolahan Ramah Lingkungan
Limbah eceng gondok diproses melalui tahap pengeringan, pencacahan, fermentasi, hingga menjadi kompos alami yang kaya unsur hara. Kompos ini digunakan sebagai media tanam untuk program penghijauan kawasan RTH Kehati, tanpa perlu membeli tanah urugan dari luar atau menambang dari daerah rawan bencana.
Proses ini tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga memperkecil jejak karbon, dan menjadikan kegiatan ini sebagai model penataan ruang hijau berkelanjutan.
Pusat Edukasi Ekologis Masyarakat
RTH Kehati Copong kini menjadi ruang belajar terbuka tentang pengelolaan limbah, konservasi hayati, hingga pertanian kota berbasis ekologi. Pelajar, warga, komunitas, hingga akademisi diundang untuk melihat langsung bahwa sampah alam bisa menjadi potensi jika dikelola dengan ilmu dan kemauan.
“RTH ini bukan hanya taman biasa. Ini adalah taman pengetahuan, taman kesadaran, dan taman masa depan,” ungkap salah satu relawan lingkungan.
Penutup: Hijaukan Tanpa Merusak
Pemanfaatan limbah eceng gondok dari Situ Bagendit adalah langkah sederhana, tapi bermakna besar. Ia menjawab tantangan zaman: bagaimana membangun dan menata tanpa merusak. RTH Kehati Copong adalah bukti nyata bahwa keindahan dan ketertiban lingkungan bisa dibangun dari sisa-sisa yang dianggap tak berguna. (AA)