
Oplus_131072
“Kendalikan lah Uangmu, Tapi Jangan Pernah Kamu Dikendalikan oleh Uang”
Purwakarta,Medialibas.com – Di tengah derasnya arus modernisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat, peran uang dalam kehidupan manusia semakin dominan. Hampir semua lini kehidupan kini diukur dengan materi. Fenomena ini menimbulkan keprihatinan mendalam dari Pengamat Sosial dan Ekonomi, Dr. H. Yuswan Yuliandani, SE., M.Si. yang mengingatkan agar masyarakat tidak terjebak dalam jeratan uang semata.
Dalam sebuah wawancara khusus bersama Medialibas.com. Jum’at, (22/08/2025). Yuswan menekankan bahwa uang hanyalah sebuah alat untuk menunjang kehidupan, bukan penentu segala hal.
“Kendalikanlah uangmu. Tapi jangan pernah kamu dikendalikan oleh uang. Karena ketika uang yang memegang kendali, manusia bisa kehilangan arah, jati diri, bahkan kehormatannya,” tegasnya.
Uang: Alat, Bukan Segalanya
Menurut Yuswan, banyak orang salah kaprah dalam memandang uang. Alih-alih menjadi sarana, uang justru dianggap sebagai tujuan hidup. Hal inilah yang kerap menimbulkan keserakahan, perilaku konsumtif, hingga praktik korupsi dan penyalahgunaan wewenang.
“Banyak orang yang rela mengorbankan prinsip, persahabatan, bahkan keluarganya hanya karena uang. Padahal, nilai kemanusiaan jauh lebih tinggi daripada sekedar materi,” jelasnya.
Ia menambahkan, perilaku demikian sering terlihat dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari rumah tangga, dunia usaha, hingga lingkup birokrasi dan politik.
Literasi Keuangan Jadi Kebutuhan Mendesak
Sebagai pakar ekonomi, Yuswan menyoroti lemahnya literasi keuangan masyarakat. Banyak keluarga yang tidak memiliki perencanaan finansial yang jelas, sehingga mudah terjebak dalam hutang atau gaya hidup di luar kemampuan.
“Orang banyak yang terjebak pada pemborosan, mengutamakan gengsi, membeli sesuatu yang tidak perlu hanya demi dipuji. Itu contoh nyata orang yang sudah dikendalikan uang. Maka, perlu ada pendidikan keuangan sejak dini agar masyarakat bisa bijak mengatur pendapatannya,” ujarnya.
Ia menilai, pendidikan literasi keuangan harus mulai diperkenalkan di sekolah, keluarga, hingga komunitas. Dengan begitu, generasi muda memiliki pola pikir yang sehat tentang uang.
Kritik terhadap Gaya Hidup Konsumtif
Yuswan juga menyoroti dampak perkembangan teknologi digital, khususnya maraknya belanja online dan kemudahan akses kredit. Menurutnya, hal itu semakin mendorong masyarakat untuk konsumtif tanpa mempertimbangkan kebutuhan riil.
“Hari ini orang bisa belanja hanya dengan sentuhan jari. Promo, diskon, dan cicilan seringkali membuat masyarakat kehilangan kontrol. Pada akhirnya, bukannya sejahtera, justru banyak yang terjebak dalam jeratan hutang,” ungkapnya dengan nada prihatin.
Pesan Moral untuk Generasi Muda
Kepada generasi muda, Yuswan berpesan agar tidak menjadikan uang sebagai tolok ukur kebahagiaan. Menurutnya, kebahagiaan sejati lahir dari hati yang ikhlas, kerja keras, serta kemampuan berbagi dengan sesama.
“Uang memang penting, tapi bukan segalanya. Jangan biarkan uang membutakan hati kita. Kendalikanlah uangmu dengan perencanaan yang bijak. Gunakan untuk hal bermanfaat, membangun masa depan, membantu orang lain, dan beribadah. Itulah nilai hakiki dari uang,” pungkasnya.
Pernyataan Dr. H. Yuswan Yuliandani menjadi pengingat penting di tengah arus materialisme yang kian meluas. Bahwa sejatinya, manusia harus menjadi tuan atas uang, bukan sebaliknya. Dengan kesadaran, literasi keuangan, serta sikap bijak, masyarakat bisa menggunakan uang sebagai jalan menuju kesejahteraan, bukan sumber masalah. (Rizal Muslim)