![]()

Garut, Medialinas. Com, — Banjir kembali menerjang wilayah selatan Kabupaten Garut, (4 Desember 2025 )kali ini melanda lahan pertanian di Desa Ciudian, Kecamatan Singajaya. Peristiwa yang terjadi akibat intensitas hujan tinggi sejak beberapa hari terakhir ini mengakibatkan ratusan hektare sawah dan lahan tanaman palawija terendam air.
Berdasarkan informasi dari para petani, banjir mulai masuk ke area pertanian sejak sore hari , ketika aliran air dari kawasan perbukitan meluap dan tidak tertampung oleh saluran irigasi yang sudah tidak mampu menahan debit air. Sejumlah petani mengaku hanya bisa pasrah melihat tanaman padi yang sedang memasuki masa pertumbuhan terbaik rusak terendam banjir.
“Banjir datang tiba-tiba, air sangat deras. Kami tidak sempat menyelamatkan apa pun. Padahal sawah kami sudah hampir masa panen,” ujar salah seorang petani setempat dengan raut wajah penuh kekecewaan.
Selain tanaman padi, kerusakan juga dialami petani jagung, cabai, tomat, dan sayuran lainnya. Dampak banjir tersebut menyebabkan potensi kerugian yang diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Para petani kini cemas karena hilangnya sumber pendapatan utama mereka menjelang panen.
Di sisi lain, warga menyoroti kurangnya perhatian pemerintah terhadap perbaikan dan normalisasi aliran sungai serta irigasi di wilayah tersebut. Mereka menilai, jika saluran air dirawat dan diperkuat sejak awal, kerusakan besar seperti ini bisa diminimalisir.
“Kami berharap pihak pemerintah, baik desa maupun kabupaten, segera turun tangan untuk meninjau kondisi di lapangan. Petani tidak boleh dibiarkan menanggung beban kerugian sendirian,” tegas salah satu tokoh masyarakat Desa Ciudian.
Saat ini masyarakat bersama aparat desa tengah melakukan pendataan lahan terdampak banjir untuk segera diajukan ke dinas terkait sebagai laporan resmi dan dasar permohonan bantuan.
Banjir yang merusak sektor pertanian ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah daerah untuk memperkuat manajemen mitigasi bencana, khususnya di kawasan rawan bencana hidrologi seperti Singajaya. Jika persoalan ini terus dibiarkan, bukan hanya ketahanan pangan lokal yang terancam, tetapi pula kesejahteraan petani yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian desa. (Red)
