Oleh: Ketua Perkumpulan lingkungan anak bangsa (LIBAS)

Di pucuk-pucuk cemara yang terbatuk asap,
Hutan berseru lirih, tapi tak juga ditatap.
Daun-daun gugur bukan karena musim,
Tapi oleh gergaji yang rakus dan diam-diam.
Bumi Garut, perutmu bolong oleh tambang,
Darahmu mengalir jadi lumpur di Cimanuk yang bimbang.
Angin tak lagi sejuk,
Karena ranting dan akar dihisap habis oleh truk.
Gubernur bicara di podium megah,
Tapi tak dengar tangisan satwa yang resah.
Pemimpin kabupaten saling melempar tangan,
Saat longsor datang dan kampung tenggelam perlahan.
Di balik kebijakan yang katanya “pembangunan”,
Ada jual beli izin di meja kekuasaan.
Galian C membakar perut gunung,
Sementara rakyat disuruh “sabar” menunggu petunjuk.
Apakah hutan lindung kini hanya tulisan di papan kayu?
Yang dijaga bukan hutannya, tapi ego penguasa yang beku.
Apakah sungai dan udara harus berteriak dulu
Baru kalian sadar, alam bukan sekadar angka dan batu?
Kami bukan anti pembangunan,
Tapi pembangunan yang merobek kehidupan.
Bukan anti jalan dan beton,
Tapi jangan jadikan akar dan pohon sebagai korban.
Hentikan topeng laporan palsu dan rapat basa-basi,
Lihatlah, langit Garut bukan lagi biru,
Hanya sisa asap dan janji. (AA)
CATATAN UNTUK KEBIJAKAN PUBLIK:
- Lindungi hutan lindung, bukan hanya di atas kertas.
- Evaluasi semua izin tambang dan galian C yang merusak daya dukung wilayah.
- Kembalikan tata ruang yang sesuai daya tampung lingkungan.
- Berikan ruang bagi rakyat, bukan preman tambang dan investor serakah.
- Karena ketika pohon terakhir tumbang,
kalian baru sadar:
Jabatan tak bisa dimakan,
Dan anak-anak tak bisa hidup dari janji palsu hutan.