
Oplus_131072
Bandung,Medialibas.com – Perjalanan hidup Haji Ma’soem adalah bukti nyata bahwa kesuksesan besar bisa lahir dari langkah-langkah kecil yang sederhana. Nama besarnya kini dikenal luas sebagai pengusaha Muslim sukses sekaligus pendiri Yayasan Pendidikan Al Ma’soem.
Namun, sedikit yang tahu, bahwa perjalanan itu bermula dari kerja keras seorang pemuda yang hanya bermodalkan 20 liter minyak tanah dan gerobak kayu.
Lahir dari Kesederhanaan
Haji Ma’soem, yang memiliki nama asli Dajoen, lahir sekitar tahun 1923 di Tasikmalaya. Sejak kecil, hidupnya ditempa kesederhanaan. Ia terbiasa membantu orang tuanya dengan beternak bebek dan menjual telur demi bisa membiayai sekolah.
Dulu dari gurunya di pesantren, ia kemudian mendapat nama “Ma’soem”, yang berarti terpelihara dari sifat buruk. Nama itu menjadi doa dan pegangan hidup yang kelak terbukti tercermin dalam perilakunya yang penuh kejujuran.
Haji Sofyan, teman masa kecilnya, masih mengingat jelas bagaimana sosok Dajoen kecil begitu gigih meski hidup dalam keterbatasan.
“Dulu saya sering lihat A Dajoen kecil berjalan kaki sambil mendorong gerobak minyak tanah. Walau hujan atau panas, wajahnya selalu sabar. Ia tidak pernah mengeluh. Siapa sangka, anak kampung yang sederhana itu kini dikenal sebagai Haji Ma’soem, tokoh besar yang kebaikannya dirasakan banyak orang,” kenang Sofyan saat diwawancarai awak media di rumahnya pada. Senin, (29/09/2025).
Dari Gerobak Minyak Tanah ke Jaringan SPBU
Awalnya, Haji Ma’soem mencoba peruntungan dengan berdagang kerbau. Namun, ia kemudian banting setir menjadi penjual minyak tanah eceran di Rancaekek. Dengan keuletan dan kejujuran, perlahan ia mendapatkan kepercayaan perusahaan migas untuk mendistribusikan bahan bakar ke berbagai daerah.
Kepercayaan itu menjadi titik balik. Dari seorang penjual kecil, Haji Ma’soem berhasil membangun jaringan bisnis SPBU yang berkembang pesat. Pada masa kejayaannya, ia mengelola sekitar 35 cabang SPBU di Jawa Barat.
Sementara bagi masyarakat, SPBU Ma’soem bukan hanya tempat mengisi bahan bakar, melainkan juga simbol kerja keras seorang anak kampung yang berhasil menaklukkan tantangan hidup.
Prinsip Hidup: Cageur, Bageur, Pinter
Keberhasilan besar yang ia raih tidak membuatnya lupa diri. Justru, Haji Ma’soem dikenal teguh memegang prinsip “Cageur, Bageur, Pinter” yang artinya. Sehat lahir batin, baik dalam perilaku, dan cerdas dalam berpikir. Prinsip itu ia tanamkan dalam keluarganya, bisnisnya, bahkan dalam yayasan pendidikan yang ia dirikan.
Haji Ma’soem mendirikan Yayasan Pendidikan Al Ma’soem, yang hingga kini terus berkiprah mencetak generasi muda berilmu dan berakhlak. Setiap SPBU yang ia bangun pun selalu diprioritaskan memiliki mushola atau masjid. Bagi Haji Ma’soem, bisnis dan ibadah adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.
Warisan yang Abadi
Pada 30 Desember 2001, Haji Ma’soem berpulang ke Rahmatullah. Meski jasadnya telah tiada, warisan perjuangan dan kebaikannya masih hidup hingga kini.
Namun Jaringan bisnis SPBU yang ia bangun tetap berjalan, sementara Yayasan Pendidikan Al Ma’soem terus berkembang sebagai salah satu lembaga pendidikan ternama di Jawa Barat.
Lebih dari itu, nilai-nilai hidup yang ia tanamkan tetap menjadi pedoman: kejujuran, kerja keras, dan kepedulian sosial. Banyak masyarakat merasakan manfaatnya, baik dari sisi pendidikan, fasilitas ibadah, maupun inspirasi untuk tidak menyerah pada keadaan.
Dari Kesederhanaan Lahir Legenda
Kisah hidup Haji Ma’soem adalah refleksi bahwa kesuksesan tidak selalu lahir dari modal besar. Justru, kesederhanaan, kejujuran, dan ketekunan menjadi kunci yang mampu mengantarkan seorang anak kampung menjadi legenda bisnis dan pendidikan di Jawa Barat.
Sepenggal kisah ini, seperti dituturkan Sofyan dan banyak orang yang mengenalnya, adalah pelajaran berharga: bahwa dari gerobak minyak tanah, lahirlah seorang tokoh besar yang namanya abadi dalam sejarah Tanah Sunda. (A1)