
Garut,Medialibas.com – Legislator muda yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Garut,Yudha Puja Turnawan, kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib rakyat kecil. Dalam sebuah wawancara santai bersama Medialibas.com, membahas seputar rumah warga bernama Juju Juariah (50), warga Perum Jati Putra Asri Blok A2 Nomor 18,Desa Cibunar, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat yang tinggal di rumah nyaris roboh, Yuda menyerukan ajakan kemanusiaan agar semua pihak turut membantu warga yang hidup dalam kesulitan.
Nampak terlihat jelas,Rumahnya Bu Juju kondisinya sangat tidak layak huni dan begitu memprihatinkan.Atapnya bocor karena kayu – kayunya sudah lapuk dimakan usia berbagai sisi, dindingnya retak, dan lantai sebagian besar sudah lapuk dimakan usia.
Dalam kondisi memprihatinkan ini, Bu Juju masih harus mengurus anaknya yang masih duduk di bangku SMA. Lebih berat lagi, ia tidak memiliki pekerjaan tetap dan hanya mengandalkan kiriman dari anak sulungnya yang bekerja di Bandung sebagai buruh harian lepas.
“Bantulah rakyat sesuai kemampuan kita. Kalau tidak dengan bantuan materiil, bantulah dengan pikiran atau tenaga. Jangan biarkan warga seperti Bu Juju hidup di rumah hampir ambruk,” tegas Yudha saat di wawancarai Medialibas.com melalui sambungan Whatsapp miliknya di lokasi, Senin malam (11/08/2025).
Hidup dari Kiriman Seadanya
Kondisi ekonomi Bu Juju jauh dari kata cukup. Penghasilan sang anak di Bandung pun sangat terbatas, sekadar mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari. Uang kiriman itu sering kali habis untuk membeli beras, membayar listrik, dan kebutuhan sekolah sang adik.
“Kadang kalau anak di Bandung telat kirim uang, saya terpaksa utang ke tetangga untuk beli makan. Rumah ini sudah lama ingin diperbaiki, tapi jangankan beli material, untuk biaya sekolah saja sudah sulit,” tutur Bu Juju dengan mata berkaca-kaca.
Gotong Royong Sebagai Solusi Nyata
Yuda menegaskan, persoalan seperti ini seharusnya tidak dibiarkan berlarut-larut. Pemerintah daerah, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, hingga warga sekitar bisa berperan aktif dalam membantu. Menurutnya, bantuan tidak harus selalu berupa uang tunai.
“Kita bisa bantu dengan tenaga untuk memperbaiki rumah, atau pikiran untuk mencari solusi terbaik. Gotong royong adalah kekuatan kita sejak dulu. Kalau kita kompak, insyaallah masalah seperti ini bisa cepat selesai,” ujarnya.
Dorongan untuk Pemerintah dan Lembaga Sosial
Selain mengajak masyarakat umum, Yuda juga mendorong instansi pemerintah,Baznas khususnya dinas terkait, untuk turun tangan. Ia menilai program bantuan perbaikan rumah tidak layak huni (Rutilahu) harus tepat sasaran dan menjangkau warga seperti Bu Juju yang benar-benar membutuhkan.
“Ini tanggung jawab kita bersama. Jangan sampai ada warga Garut yang hidup dalam rumah yang sewaktu-waktu bisa roboh, apalagi kalau ada anak sekolah di dalamnya,” tegasnya.
Menggugah Nurani Bersama
Kisah Bu Juju bukan hanya potret kesulitan hidup satu keluarga, tetapi juga cerminan bahwa masih banyak warga Garut yang terjebak dalam kemiskinan struktural. Yuda berharap seruan ini mampu mengetuk hati berbagai pihak untuk bergerak membantu, baik secara langsung maupun melalui program sosial yang berkelanjutan.
“Kalau satu orang membantu, mungkin efeknya kecil. Tapi kalau semua bergandengan tangan, dampaknya akan besar. Mari kita buktikan bahwa Garut masih punya rasa kemanusiaan yang tinggi,” pungkas Yudha.
Seruan ini diharapkan menjadi awal dari gerakan kepedulian bersama. Tidak hanya bagi Bu Juju, tetapi juga bagi ribuan warga lainnya yang hidup dalam keterbatasan dan menunggu uluran tangan sesama. (A1)