
Oplus_0
Garut,Medialibas.com – Siang terik yang biasa berubah menjadi tragedi memilukan bagi satu keluarga di Kampung Nyalindung, Desa Ngamplangsari, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut. Rabu, 11 Juni 2025 sekitar pukul 11.30 WIB, sebuah rumah semi permanen milik Tahyudin dan keluarganya dilalap api. Api berkobar cepat, menghanguskan seluruh bangunan hingga rata dengan tanah dalam waktu singkat. Delapan orang penghuni rumah itu Tahyudin, tiga anak, dua menantu, dan dua cucu balita hanya mampu menyelamatkan diri tanpa sempat membawa apa-apa.
Seluruh barang pribadi, dokumen penting, pakaian, hingga perlengkapan bayi habis tak bersisa. Bahkan dua cucu balita dalam keluarga tersebut tak lagi memiliki sehelai baju ganti. Yang tersisa hanyalah puing-puing hangus dan luka psikologis mendalam yang sulit diungkap dengan kata-kata.
Tangisan Tak Menemukan Gema, Sampai Kepedulian Datang Menyapa
Keesokan harinya, Kamis 12 Juni 2025, suasana kelam di lokasi kebakaran berubah saat sosok Yuda Puja Turnawan, Anggota DPRD Kabupaten Garut dari Fraksi PDI Perjuangan, datang langsung menemui korban. Dalam diam yang penuh luka, kehadirannya menjadi angin harapan yang menyapu kepedihan.
Tanpa protokoler berlebihan, Yuda membawa bantuan berupa sembako, pakaian anak dan bayi, serta sejumlah uang tunai untuk kebutuhan darurat keluarga. Namun lebih dari sekadar bantuan materi, ia datang membawa kehangatan empati menunjukkan bahwa kepedulian masih hidup di tengah masyarakat.
“Saya datang bukan karena jabatan, tapi karena panggilan nurani. Keluarga ini sedang dalam kesulitan, dan kita semua harus hadir,” ujar Yuda dengan nada tulus.
Di tengah reruntuhan rumah dan tumpukan arang, Yuda berdialog dengan keluarga korban, mendengar langsung kisah mereka, dan mencoba memahami apa yang mereka butuhkan saat ini dan ke depan. Ia menegaskan, penanganan musibah seperti ini tidak boleh diserahkan hanya kepada warga sekitar atau pemerintah desa semata, tetapi harus menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Garut.
Dorongan Aksi Nyata dari Pemerintah dan Dunia Usaha
Tidak berhenti pada aksi pribadi, Yuda secara terbuka mendorong Pemerintah Daerah Garut untuk segera bergerak cepat. Ia mendesak Dinas Perumahan dan Permukiman
(Disperkim) agar menyalurkan bantuan bahan bangunan untuk membangun kembali rumah yang ludes terbakar. Ia juga mengajak BAZNAS, KORPRI, dan para pelaku usaha untuk terlibat melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
“Kalau hanya bergantung pada sumbangan masyarakat, proses pemulihan bisa sangat lama. Kita butuh kolaborasi semua pihak agar keluarga ini bisa segera memiliki tempat tinggal yang layak kembali,” tegasnya.
Langkah ini sekaligus menjadi refleksi bahwa penanganan bencana di tingkat kampung belum memiliki sistem yang responsif dan terkoordinasi. Yuda menyampaikan pentingnya membangun sistem mitigasi dan tanggap darurat yang menjangkau hingga pelosok, agar masyarakat tidak merasa sendirian saat bencana melanda.
“Bukan hanya kota yang rentan, tapi kampung dan dusun pun tak kalah berisiko. Kita butuh sistem yang merata, bukan hanya saat viral atau mendapat sorotan media,” tambahnya.
Warga Bergerak, Harapan Mulai Ditegakkan
Di luar gerak formal dan struktural, semangat gotong royong masyarakat kembali menyala. Warga Kampung Nyalindung bahu-membahu membersihkan sisa puing kebakaran, menggalang bantuan seadanya, dan bahkan mendirikan dapur darurat bagi keluarga korban. Beberapa tetangga menawarkan tempat tinggal sementara, sementara lainnya menyumbangkan pakaian dan perlengkapan bayi.
Pemerintah desa, RT/RW, dan aparat wilayah langsung melakukan pendataan kerugian dan menyampaikan laporan resmi ke kecamatan dan dinas terkait. Pergerakan cepat ini menjadi penegas bahwa masyarakat masih memegang erat nilai solidaritas lokal yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
“Yang penting jangan biarkan mereka merasa sendirian. Hari ini mereka yang terkena musibah, besok bisa jadi kita,” ucap salah seorang warga yang ikut membantu di lokasi kebakaran.
Solidaritas Itu Api yang Menghangatkan, Bukan Membakar
Meski rumah dan seluruh isinya musnah, namun dari abu itu tumbuh harapan baru. Yuda Puja Turnawan menutup kunjungannya dengan memastikan bahwa dirinya akan terus memantau perkembangan kondisi keluarga korban, dan berkomitmen untuk mengawal proses pemulihan hingga tuntas.
“Kita tidak boleh berhenti hari ini saja. Ini awal dari perjalanan panjang pemulihan mereka, dan kita semua harus terus ada di sana,” tuturnya sebelum meninggalkan lokasi.
Kisah ini bukan hanya soal kebakaran dan kerugian, tapi tentang bagaimana solidaritas masih hidup di tengah masyarakat, tentang wakil rakyat yang turun langsung tanpa pencitraan, dan tentang masyarakat yang memilih untuk peduli, bukan acuh.
Ketika bencana merampas segalanya, kepedulian dan kebersamaan menjadi satu-satunya tempat berteduh. Dan selama solidaritas itu menyala, tak ada tragedi yang benar-benar memadamkan harapan. (A1)