Oleh: Deni

Garut, medialibas.com – Kabupaten Garut yang terletak di wilayah pegunungan Jawa Barat memiliki kontur alam yang kompleks dan rentan terhadap gerakan tanah. Setiap musim hujan, bencana longsor menjadi ancaman serius, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbukitan dan lereng curam. Untuk memahami dan mengantisipasi potensi bencana ini, digunakanlah metode analisis stabilitas lereng, salah satunya metode Bishop, yang secara ilmiah mampu mengevaluasi kondisi lereng berdasarkan gaya gravitasi dan tekanan air pori.
Perhitungan Faktor Keamanan Lereng (FK)
Faktor Keamanan (FK) adalah indikator numerik untuk menilai seberapa aman sebuah lereng dari potensi longsor. Semakin rendah FK, semakin besar risiko terjadinya longsor. Kategori FK antara lain:
FK < 1,07 → Kelas labil, kondisi berbahaya dan longsor sering terjadi.
FK 1,07 – 1,25 → Kelas kritis, longsor pernah terjadi dan risiko tinggi.
FK > 1,25 → Kelas stabil, risiko longsor rendah namun tetap perlu diawasi.
Perhitungan FK mempertimbangkan kemiringan lereng, kekuatan geser tanah, serta tekanan air pori, khususnya saat curah hujan tinggi.
Pengaruh Curah Hujan terhadap Stabilitas Lereng
Curah hujan memainkan peran besar dalam memicu longsor. Saat tanah jenuh oleh air hujan, tekanan air pori meningkat dan tanah kehilangan daya ikatnya, sehingga lebih mudah longsor. Berdasarkan klasifikasi:
Sangat Ringan: < 5 mm/hari
Ringan: 5–20 mm/hari
Sedang: 21–50 mm/hari
Lebat: 51–100 mm/hari
Sangat Lebat: > 100 mm/hari
Wilayah Garut Selatan seperti Cisompet, Pakenjeng, dan Mekarmukti sering mengalami curah hujan kategori lebat hingga sangat lebat, menjadikannya wilayah dengan risiko tinggi.
Metode Bishop: Teknik Ilmiah Analisis Lereng
Metode Bishop digunakan untuk menghitung FK secara rinci menggunakan rumus:
F = Σ[c’b + (W – u) tan φ] / ΣW sin α
Keterangan:
F: Faktor keamanan
c’: Kohesi tanah
b: Lebar potongan lereng
W: Berat massa tanah
u: Tekanan air pori
φ: Sudut geser dalam tanah
α: Sudut kemiringan lereng
Rumus ini membantu teknisi geoteknik dan pemerintah daerah mengidentifikasi titik-titik yang rawan longsor dan perlu direlokasi atau diperkuat.
Dampak Bahaya Longsor bagi Masyarakat Garut
- Kehilangan Nyawa dan Cedera
Longsor besar yang melanda permukiman bisa menyebabkan korban jiwa. Banyak warga yang tertimbun saat tidur malam atau sedang bekerja di ladang. - Kerusakan Rumah dan Aset
Rumah-rumah yang berdiri di dekat tebing atau lereng terjal rentan hancur. Tanah longsor juga dapat menimbun sawah, kandang ternak, dan fasilitas umum. - Isolasi Wilayah
Longsoran yang menimbun jalan atau jembatan membuat desa-desa terisolasi. Bantuan logistik pun sulit masuk, memperburuk kondisi pengungsi. - Gangguan Ekonomi
Petani kehilangan ladang, pedagang kehilangan akses ke pasar, dan pendapatan masyarakat turun drastis. - Penyakit dan Trauma
Pengungsian akibat longsor sering kali padat dan minim fasilitas. Hal ini menimbulkan penyakit menular, serta trauma psikologis, terutama pada anak-anak.
Larangan bagi Masyarakat agar Tidak Memicu Bencana
Untuk mengurangi risiko longsor, masyarakat Garut dihimbau untuk:
- Dilarang membuka lahan pertanian baru di lereng curam
Penggundulan lereng akan menghilangkan sistem penahan alami tanah, seperti akar pohon. - Dilarang mendirikan bangunan permanen di zona merah rawan longsor
Bangunan menambah beban pada lereng dan meningkatkan risiko longsor saat tanah jenuh air. - Dilarang membuang limbah atau material di atas tebing/lereng
Material yang menambah beban lereng atau mengubah saluran air dapat memicu longsor. - Dilarang menebang pohon sembarangan di lereng
Akar pohon penting untuk menjaga kestabilan tanah. Penebangan liar mempercepat erosi dan meningkatkan kerentanan lereng. - Dilarang tinggal di bawah tebing tanpa perlindungan teknis
Jika sudah terpaksa, harus ada bronjong, talud, atau sistem drainase teknis yang melindungi.
Penutup
Bencana longsor bukan sekadar fenomena alam, tetapi bisa diperparah oleh aktivitas manusia yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah seperti metode Bishop, pemerintah dan masyarakat dapat lebih waspada dalam menjaga keselamatan dan kelestarian wilayah Garut. Edukasi, larangan yang tegas, serta kepatuhan masyarakat terhadap peringatan dini dan tata ruang wilayah adalah kunci utama dalam mencegah bencana yang lebih besar. (AA)