
Purwakarta,Medialibas.com – Kejadian tanah amblas mengejutkan warga Desa Pasir Munjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Senin pagi, 16 Juni 2025. Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 06.30 WIB ini menciptakan lubang besar di tengah kawasan permukiman, memicu kepanikan warga dan mengakibatkan kerusakan struktural pada beberapa rumah. Puluhan warga pun dievakuasi dari zona rawan untuk menghindari kemungkinan bencana lanjutan.
Kronologi Peristiwa
Menurut kesaksian warga, kejadian bermula saat terdengar suara gemuruh yang tidak biasa, disertai getaran ringan yang membuat sejumlah warga keluar rumah untuk mencari tahu sumbernya. Hanya dalam hitungan menit, tanah di area sekitar RT 08 RW 08 tiba-tiba amblas, menciptakan lubang besar dengan diameter sekitar 8 meter dan kedalaman mencapai 5 meter.
“Saya sedang menyapu halaman, tiba-tiba terdengar suara seperti tanah runtuh. Saat saya lihat, lubang besar sudah terbentuk, dan beberapa rumah mulai menunjukkan retakan,” tutur Ibu Rini (45), salah seorang warga yang rumahnya berada tak jauh dari lokasi.
Dampak dan Respons Awal
Akibat kejadian tersebut, sedikitnya empat rumah mengalami retakan cukup serius, dan lebih dari 20 warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Sejumlah warga mengungsi ke rumah kerabat dan sebagian lainnya ditempatkan sementara di aula desa.
Kepala Desa Pasir Munjul, Ujang Suryana, langsung turun ke lokasi begitu mendapat laporan dari warga. Ia memastikan proses evakuasi dilakukan secepat mungkin untuk menghindari jatuhnya korban jiwa.
“Warga kami prioritaskan untuk mengungsi dulu. Kami khawatir pergerakan tanah bisa meluas, apalagi kondisi tanah di sini memang labil. Kami sudah hubungi pihak BPBD dan dinas teknis untuk penanganan darurat,” ungkap Ujang.
Analisa Sementara: Alam dan Aktivitas Manusia
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purwakarta yang tiba di lokasi pada pagi hari itu langsung melakukan kajian awal. Menurut Kepala BPBD Purwakarta, Agus Sugiarto, dugaan sementara penyebab tanah amblas adalah gabungan antara curah hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir dan aktivitas manusia yang tidak terkendali.
“Struktur tanah di wilayah ini memang rentan. Beberapa titik memiliki rongga bawah tanah karena aktivitas pengeboran air dalam yang sudah berlangsung cukup lama tanpa pengawasan ketat. Hal ini memperparah ketidakstabilan tanah saat hujan lebat mengguyur,” jelas Agus.
Ia menambahkan, pihaknya akan melakukan survei geoteknik lanjutan dan segera memasang pagar pengaman di sekitar zona amblas. Polisi dan TNI turut dikerahkan untuk membantu proses pengamanan dan pengendalian massa di lokasi kejadian.
Kekhawatiran Warga: Trauma dan Ketidakpastian
Pasca kejadian, suasana mencekam masih terasa. Beberapa warga yang rumahnya terdampak langsung mengalami trauma, terutama anak-anak dan lansia. Banyak yang takut tidur di rumah masing-masing, meski tidak berada dalam radius langsung dari lubang.
“Saya punya anak kecil, mereka jadi takut masuk rumah, apalagi retakan sudah mulai merayap ke dinding kamar,” ujar Hendi (37), warga lainnya.
Selain aspek fisik, dampak sosial dan psikologis juga mulai terasa. Kekhawatiran akan adanya tanah amblas susulan membuat warga memilih tinggal di luar rumah, bahkan tidur di mobil atau di tempat terbuka.
Pemerintah Daerah Diminta Tanggap dan Transparan
Kejadian ini menambah daftar panjang peristiwa tanah amblas di wilayah Jawa Barat, khususnya di kawasan-kawasan yang memiliki tekanan tinggi terhadap tata ruang dan eksploitasi sumber daya air tanah.
Sejumlah aktivis lingkungan dan warga berharap agar pemerintah daerah bertindak lebih proaktif, tidak hanya dalam respons darurat tetapi juga dalam menyusun kebijakan pencegahan jangka panjang.
“Perlu ada regulasi dan pengawasan yang ketat terhadap pengeboran air tanah. Banyak warga yang mengebor tanpa izin dan tanpa studi kelayakan, sementara dampaknya bisa membahayakan banyak nyawa,” ujar Dedi Mulyana, pemerhati lingkungan asal Purwakarta.
Selain itu, warga berharap investigasi atas kejadian ini dilakukan secara transparan, dan bukan sekadar disimpulkan sebagai bencana alam biasa tanpa pertanggungjawaban.
Imbauan dan Langkah Lanjut
Pemerintah Desa Pasir Munjul bersama BPBD kini tengah memetakan risiko lanjutan dan menyiapkan rencana relokasi sementara bagi warga terdampak berat. Imbauan juga disampaikan kepada seluruh warga agar melaporkan segera jika muncul retakan tanah baru, genangan air tak wajar, atau perubahan kontur permukaan tanah di lingkungan mereka.
“Kami harap warga tetap tenang namun waspada. Jangan mendekati lokasi lubang amblas, dan ikuti instruksi dari petugas lapangan,” tegas Ujang Suryana.
BPBD Purwakarta juga akan mendatangkan tim geologi untuk melakukan penelitian mendalam. Tujuannya, memastikan bahwa wilayah tersebut aman untuk ditinggali kembali atau perlu ada tindakan relokasi permanen.
Catatan Redaksi:
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa mitigasi bencana bukan hanya soal kesiapan tanggap darurat, tetapi juga pengelolaan ruang dan sumber daya yang bijak. Pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan harus duduk bersama untuk menyusun strategi pembangunan yang berorientasi pada keselamatan jangka panjang. (*)