
Garut,Medialibas.com – Kesuburan tanah menjadi faktor utama dalam keberhasilan sektor pertanian. Tanpa tanah yang sehat dan kaya unsur hara, mustahil petani bisa mendapatkan hasil panen maksimal. Hal inilah yang menjadi perhatian serius Tedi Sutardi, Ketua Perkumpulan Lingkungan Anak Bangsa (Libas), yang dikenal aktif mendorong gerakan pelestarian lingkungan dan pemberdayaan petani di Kabupaten Garut.
Dalam kesempatan kegiatan monitoring di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Eks Rumah Makan Copong baru-baru ini, Tedi Sutardi memaparkan sebuah metode yang ia sebut sebagai “rahasia pengoplosan”.
Dikatakan Tedi untuk teknik ini, menurutnya, bukan sekadar upaya mempercepat proses pengomposan, tetapi juga menjadi langkah nyata untuk membangun kesuburan tanah yang lebih berkelanjutan.
Rahasia di Balik Pengoplosan
Tedi menjelaskan bahwa pengoplosan dilakukan dengan cara mencampur bahan organik yang tepat agar proses pengomposan berjalan lebih merata dan cepat. Hasilnya, struktur tanah akan berubah menjadi lebih gembur dan berongga. Kondisi ini membuat tanah mampu menyerap air lebih cepat sekaligus menahan kelembapan dalam jangka waktu yang lebih lama.
“Ketika tanah berongga dan unsur hara terjaga, akar tanaman bisa berkembang leluasa. Air tidak hanya sekadar lewat, tapi benar-benar terserap. Unsur hara pun bisa termanfaatkan secara maksimal,” jelas Tedi.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa tanah yang diperkaya dengan hasil pengoplosan akan memiliki kandungan nutrisi alami yang mendukung pertumbuhan tanaman. Unsur hara makro dan mikro yang dilepaskan dari hasil dekomposisi bahan organik mampu memperbaiki kualitas tanah yang sebelumnya keras, tandus, atau miskin nutrisi.
Manfaat bagi Petani dan Lingkungan
Teknik pengoplosan ini bukan hanya berdampak pada hasil pertanian, tetapi juga memiliki manfaat ekologis yang besar. Menurut Tedi, penggunaan bahan organik dalam pengoplosan akan mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia yang harganya semakin mahal dan seringkali menimbulkan dampak negatif bagi tanah dalam jangka panjang.
“Kalau terus-terusan pupuk kimia, tanah lama-lama jadi keras, air susah meresap, dan unsur hara makin berkurang. Dengan pengoplosan berbahan organik, tanah bisa kembali hidup, subur, dan sehat,” tegasnya.
Selain itu, tanah yang sehat berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Daya resap tanah yang baik mampu mencegah terjadinya banjir di musim hujan, sekaligus menekan risiko kekeringan saat musim kemarau. Dengan kata lain, pengoplosan juga menjadi bagian dari mitigasi bencana berbasis lingkungan.
Dorongan untuk Petani Garut
Tedi Sutardi berharap para petani di Kabupaten Garut dapat mengadopsi teknik ini secara lebih luas. Menurutnya, keberhasilan pertanian tidak hanya bergantung pada ketersediaan lahan, tetapi juga pada bagaimana petani mampu merawat tanah agar tetap sehat dan produktif.
“Pertanian adalah urat nadi kehidupan masyarakat kita. Kalau tanahnya subur, panen melimpah, maka kesejahteraan petani meningkat. Ini bukan hanya soal teknik, tapi juga soal komitmen kita menjaga sumber kehidupan,” ujar Tedi dengan penuh keyakinan. Rabu,(27/08/2025).
Ia juga mengajak generasi muda untuk ikut terlibat dalam gerakan ini. Dengan bekal pengetahuan modern, generasi muda bisa mengembangkan metode pengoplosan ke arah yang lebih inovatif, termasuk pemanfaatan teknologi sederhana untuk mempercepat proses pengomposan maupun pengelolaan limbah organik rumah tangga.
Menuju Pertanian Berkelanjutan
Apa yang disampaikan Tedi Sutardi sejalan dengan visi pertanian berkelanjutan yang kini terus didorong di berbagai daerah. Upaya mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, memanfaatkan bahan organik, dan menjaga ekosistem tanah menjadi bagian penting dari strategi ketahanan pangan nasional.
Di Garut sendiri, yang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil sayuran terbesar di Jawa Barat, metode pengoplosan berpotensi menjadi solusi alternatif bagi petani untuk menekan biaya produksi sekaligus menjaga kesuburan lahan dalam jangka panjang.
Dengan adanya dorongan dari tokoh lokal seperti Tedi Sutardi, harapan menuju pertanian Garut yang mandiri, ramah lingkungan, dan berdaya saing semakin terbuka lebar.
“Kalau tanahnya kita rawat dengan benar, alam pun akan memberikan balasan yang melimpah. Inilah rahasia yang harus kita jaga bersama,” pungkas Tedi. (A1)