![]()
Oleh: Ira Maryana – Forum Pemerhati Lingkungan Garut

Garut, Medialinas. Com Kabupaten Garut merupakan wilayah dengan kondisi geografis yang kompleks. Dikelilingi oleh gugusan pegunungan seperti Cikuray, Papandayan, dan Galunggung, Garut memiliki banyak kawasan berlereng curam yang dipadati pemukiman penduduk. Curah hujan yang tinggi di hampir sepanjang tahun membuat daerah ini sangat rentan terhadap bencana alam, terutama longsor dan banjir bandang.
Kemiringan Lereng dan Tingkat Bahaya
Berikut gambaran tingkat risiko berdasarkan kemiringan lereng:
Kemiringan Lereng Vegetasi Kepadatan Penduduk Tingkat Bahaya
< 8% (Dataran) Tinggi Sedang–Tinggi Rendah
8–25% (Perbukitan) Menurun Tinggi Sedang–Tinggi
25% (Lereng Curam) Rusak/Terbuka Tinggi/Bertambah Ekstrem
Pada wilayah Garut bagian selatan dan tengah, banyak permukiman berdiri di lereng curam dengan kondisi vegetasi yang kian rusak akibat alih fungsi lahan. Situasi ini menciptakan bom waktu bencana yang bisa meledak kapan saja saat hujan deras melanda.
Mengapa Air di Lereng Garut Begitu Cepat Mengalir?
Kecepatan aliran permukaan (runoff) meningkat seiring curamnya lereng. Secara ilmiah, hal ini dapat dihitung menggunakan rumus:
V = √(g × S)
(Kecepatan aliran air hujan)
Dengan:
g = 9,81 m/s²
S = sin(θ), di mana θ adalah sudut kemiringan lereng
📌 Contoh Perhitungan:
Kemiringan lereng: 25% → θ = arctan(0,25) ≈ 14°
S = sin(14°) ≈ 0,241
V = √(9,81 × 0,241) ≈ 1,53 m/s
👉 Artinya, air dapat mengalir deras dan membawa tanah serta material lain dalam kecepatan yang membahayakan kehidupan manusia.
Faktor-Faktor Pemicu Bencana di Garut
Berdasarkan pengamatan lapangan dan data lingkungan, terdapat beberapa penyebab utama meningkatnya risiko bencana:
Topografi curam dan tidak merata
Kecepatan aliran air tinggi saat hujan deras
Kerusakan vegetasi, terutama kawasan hulu
Kepadatan penduduk meningkat di zona rawan
Drainase dan tata ruang buruk
Curah hujan ekstrem akibat perubahan iklim
Semua faktor ini saling berkelindan, memperbesar ancaman tiap musim hujan.
Mitigasi Mendesak: Jangan Menunggu Korban
Untuk mengurangi potensi korban jiwa dan kerugian, beberapa langkah strategis harus dilakukan:
- Revegetasi kawasan hulu dan penegakan aturan perlindungan lahan kritis.
- Relokasi permukiman yang berdiri di zona rawan ekstrem.
- Audit tata ruang serta penghentian izin alih fungsi lahan yang merusak.
- Pembangunan infrastruktur hijau seperti sumur resapan dan sabuk hijau (greenbelt).
- Early warning system di kecamatan langganan longsor dan banjir.
- Edukasi kebencanaan kepada masyarakat agar tanggap saat keadaan darurat.
Seruan Untuk Garut
Jika kita terus menutup mata, Garut hanya menunggu giliran menjadi berita duka berikutnya.
Topografi bukan salah — kesalahan ada pada cara kita memperlakukan alam.
“Mitigasi bukan pilihan, melainkan kebutuhan untuk menyelamatkan nyawa warga Garut.”
— Ira Maryana, Forum Pemerhati Lingkungan Garut (red)
