
Oplus_131072
Karawang,Medialibas.com – Waktu itu malam yang semestinya digunakan untuk beristirahat berubah menjadi malam penuh kepanikan bagi keluarga Jenal Abidin (33), warga Desa Ciptasari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang,Jawa Barat. Gempa bumi yang terjadi bertubi-tubi pada Rabu malam (20/08/2025) membuat rumah sederhana miliknya rusak cukup parah, sementara keluarganya harus bertahan dalam ketakutan sepanjang malam.
Detik-Detik Guncangan Pertama
Sekitar pukul 19.54 WIB, ketika hujan deras mengguyur desa, Jenal tengah berada di dapur. Sementara itu, istrinya beristirahat di kamar, adiknya sibuk di ruang tengah, dan ibunya duduk di kursi tamu. Tiba-tiba, bumi berguncang keras selama hampir 30 detik.
“Awalnya saya pikir hanya pusing, tapi ternyata tanah benar-benar bergoyang. Genting dapur langsung ambrol, hujan deras masuk sampai lantai kebanjiran. Ibu dan istri saya berteriak ketakutan,” ujar Jenal saat ditemui Medialibas.com di rumahnya pada. Minggu, (24/08/2025).
Suasana malam itu benar-benar panik. Perasaan cemas semakin memuncak karena di tengah hujan lebat, keluarga harus menyelamatkan diri di rumah yang sebagian atapnya sudah terbuka.
Warga Panik Berhamburan Keluar
Begitu guncangan mereda, Jenal segera mengambil senter dan payung, lalu mengajak keluarganya keluar rumah. Ia mendapati tetangganya juga berhamburan ke luar, sebagian membawa anak kecil yang menangis, sebagian lainnya memilih duduk di teras atau halaman rumah karena takut terjadi gempa susulan.
“Semua orang panik, banyak yang tidak berani masuk rumah lagi. Ada yang gelar tikar di teras, ada yang sambil berdoa, bahkan ada anak-anak yang tidak berhenti menangis,” tutur Jenal.
Meski seluruh warga merasakan guncangan, rumah Jenal menjadi salah satu yang paling terdampak. Atap dapurnya jebol, sementara air hujan terus masuk membasahi lantai rumah.
Guncangan Susulan Lebih Besar
Belum sempat menenangkan diri, sekitar pukul 22.30 WIB, gempa susulan kembali mengguncang Pangkalan. Getarannya lebih kuat, membuat genting teras rumah Jenal ikut runtuh. Tak hanya itu, dinding tengah rumah dan dapur retak cukup besar.
“Kalau gempa pertama merusak genting dapur, gempa kedua malah bikin genting teras jatuh, tembok rumah retak. Malam itu saya putuskan tidak tidur, berjaga sampai pagi. Keluarga saya kumpulkan di satu kamar kecil supaya lebih aman,” jelasnya.
Malam itu benar-benar menjadi malam mencekam bagi warga Pangkalan. Banyak yang berjaga di luar rumah, ada pula yang tidur di teras sambil menyalakan lampu sepanjang malam.
Data BMKG dan Dampak di Karawang
Berdasarkan keterangan BMKG, gempa Karawang malam itu memiliki magnitudo M 4,7, dengan pusat gempa berada di darat, sekitar 19 km tenggara Kabupaten Bekasi pada kedalaman 10 km. Gempa tersebut dipicu oleh aktivitas sesar naik busur belakang Jawa Barat (West Java back arc thrust).
BMKG juga mencatat adanya 13 gempa susulan dengan magnitudo bervariasi, terbesar M 3,9. Getaran bahkan dirasakan hingga Bekasi, Depok, Bandung, dan Jakarta dengan intensitas mencapai Skala MMI III–IV.
Sementara itu, BNPB dan BPBD Karawang melaporkan sedikitnya 26–37 rumah mengalami kerusakan di lima kecamatan, yakni Telukjambe Barat, Tegalwaru, Klari, Pangkalan, dan Ciampel. Beberapa fasilitas umum pun ikut terdampak, termasuk aula Kecamatan Pangkalan yang ambruk serta sejumlah ruang kelas sekolah dasar yang plafon dan temboknya retak.
Aktivitas Terganggu, Warga Butuh Bantuan
Akibat kerusakan pada rumahnya, Jenal terpaksa tidak masuk bekerja untuk mengajar di sekolah. Ia memilih memprioritaskan memperbaiki rumahnya terlebih dahulu agar keluarganya bisa merasa aman.
“Saya izin dulu dari sekolah, sementara tidak mengajar. Rumah ini harus dibereskan dulu karena retaknya lumayan besar. Saya sangat berharap ada bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki rumah yang rusak akibat gempa,” ucapnya.
Warga lain yang terdampak pun mengaku masih trauma. Setiap ada suara keras atau getaran kecil, mereka langsung teringat peristiwa malam itu. Anak-anak sulit tidur, bahkan ada yang menangis minta ditemani orang tuanya sepanjang malam.
Harapan dan Penanganan Pemerintah
Pemerintah daerah melalui BPBD Karawang telah menurunkan tim reaksi cepat untuk melakukan asesmen di lapangan. BNPB juga meminta masyarakat tetap tenang, tidak percaya pada informasi palsu, serta selalu memperbarui informasi melalui kanal resmi BMKG.
Namun, warga berharap bantuan nyata segera datang, baik berupa material bangunan maupun dukungan psikososial untuk memulihkan trauma.
“Bukan hanya rumah saya, banyak warga lain yang juga terdampak. Kami butuh perhatian cepat dari pemerintah, agar bisa kembali hidup tenang,” pungkas Jenal.
Malam itu benar-benar mencemaskan dan mengerikan, 20 Agustus 2025 menjadi malam yang tak terlupakan bagi warga Desa Ciptasari, Kecamatan Pangkalan. Getaran gempa yang datang bertubi-tubi bukan hanya merusakkan rumah, tetapi juga meninggalkan luka psikologis bagi warga. Hingga kini, mereka masih hidup dalam kewaspadaan, berharap ada uluran tangan untuk kembali berdiri menghadapi hari esok. (Dedi Cahyadi)