
Garut,Medialibas.com – Upaya menjaga kelestarian lingkungan tidak cukup hanya dengan slogan. Hal itulah yang tengah dibuktikan oleh Laskar Indonesia Bersatu (LIBAS), organisasi sosial yang terus menunjukkan komitmen nyatanya terhadap pelestarian lingkungan hidup. Pada Kamis, 12 Juni 2025, LIBAS kembali turun tangan melakukan aksi bersih-bersih di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kehati, kawasan eks Rumah Makan Copong, Kabupaten Garut.
Di bawah kepemimpinan Ketua Umum Tedi Sutardi, puluhan relawan LIBAS tampak menyisir setiap sudut area RTH Kehati. Mereka memungut sampah anorganik, memangkas tanaman liar yang mengganggu estetika dan fungsi ruang terbuka, serta membersihkan saluran air yang mulai tersumbat oleh endapan tanah dan limbah rumah tangga.
Aksi ini bukanlah kali pertama dilakukan. Menurut Tedi, kegiatan bersih-bersih lingkungan merupakan bagian dari agenda rutin LIBAS yang sudah berjalan selama beberapa tahun terakhir.
“Kami tidak ingin kegiatan ini sekadar menjadi acara seremonial. Ini adalah bentuk tanggung jawab sosial kami terhadap bumi, terhadap warisan ekosistem yang harus kita jaga bersama-sama,” ujarnya saat diwawancarai di lokasi kegiatan.
Pentingnya Peran RTH Kehati
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kehati bukan hanya sekadar lahan kosong atau tempat rekreasi biasa. Wilayah ini kini menjadi satu dari sedikit zona hijau yang tersisa di pusat kota Garut, berperan penting dalam menyerap polusi udara, menurunkan suhu lingkungan, serta menyediakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan satwa lokal.
Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pesatnya urbanisasi, ruang-ruang terbuka hijau seperti Kehati semakin terancam oleh alih fungsi lahan dan pencemaran lingkungan. Karena itulah, aksi yang dilakukan LIBAS menjadi sangat penting, tidak hanya bagi keberlangsungan kawasan tersebut, tapi juga bagi keberlanjutan hidup masyarakat kota Garut secara keseluruhan.
“Banyak yang belum sadar, bahwa ruang hijau seperti ini adalah paru-paru kota. Kalau ini rusak, maka kita semua yang akan menanggung akibatnya,” lanjut Tedi.
Dukungan Warga dan Dampak Sosial
Kegiatan bersih-bersih yang digagas LIBAS tidak hanya melibatkan internal organisasi, tetapi juga mendapat dukungan dari warga sekitar. Beberapa warga bahkan turut serta dalam kegiatan tersebut, mulai dari pelajar, pemuda setempat, hingga tokoh masyarakat yang hadir untuk memberi semangat.
Dedi Suhendar, salah satu warga sekitar RTH Kehati, mengaku bangga melihat kepedulian sosial seperti ini. “Biasanya tempat ini dibiarkan saja. Tapi sekarang, setiap kali LIBAS turun tangan, tempat ini jadi lebih bersih dan nyaman. Anak-anak juga senang main di sini tanpa takut kotor,” ujarnya.
Kegiatan seperti ini, menurut Tedi, bukan hanya menyentuh aspek lingkungan, tetapi juga membangun kesadaran sosial. “Ketika masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan positif, rasa memiliki terhadap lingkungan juga tumbuh. Itulah tujuan utama kami,” tambahnya.
Komitmen Berkelanjutan dan Seruan Aksi
Lebih jauh, Tedi Sutardi menyampaikan bahwa aksi semacam ini tidak akan berhenti di kawasan Kehati saja. LIBAS telah memetakan sejumlah titik hijau di Kabupaten Garut yang akan menjadi lokasi aksi serupa, termasuk kawasan bantaran sungai, taman kota, dan lahan-lahan tidur yang berpotensi dijadikan RTH.
“Kami akan terus bergerak. Tapi tentu saja kami tidak bisa sendiri. Dibutuhkan keterlibatan semua pihak—pemerintah daerah, komunitas lokal, sekolah, dan warga untuk bersama-sama menjadikan Garut sebagai kota yang ramah lingkungan,” ujarnya tegas.
Ia juga menekankan bahwa pelestarian lingkungan tidak harus selalu dimulai dari hal besar. “Cukup dengan membuang sampah pada tempatnya, tidak merusak tanaman, dan ikut menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah. Itu sudah sangat berarti,” pungkasnya.
Menyalakan Inspirasi Kolektif
Gerakan sosial berbasis cinta lingkungan yang diusung LIBAS kini mulai menunjukkan hasil. Tidak hanya memberikan dampak langsung terhadap kebersihan kawasan, tetapi juga menyalakan inspirasi bagi komunitas lain untuk turut bergerak.
Dengan semangat tanpa pamrih dan kerja keras yang konsisten, LIBAS telah menunjukkan bahwa menjaga bumi bukanlah tugas eksklusif kalangan tertentu, tetapi merupakan panggilan moral seluruh umat manusia.
“Kalau kita tidak peduli sekarang, nanti bisa jadi sudah terlambat,” ucap Tedi mengakhiri percakapan, sebelum kembali bergabung dengan timnya yang masih memunguti sampah di tepi saluran air Kehati. (A1)